Bab 304
Aku menghampirinya. Benar saja, itu Fiqa. "Fiq, ngapain kamu?"
"Lah, Pak Nicho sendiri ngapain?" Dia malah balik tanya. Kabur nggak kira-kira. Kurang jauh kali Fiq. Eh.
"Saya beli ini," jawabnya lagi sambil menunjuk bungkusan minyak kayu putih. Ada pasta gigi baru juga.
"Kamu pergi nggak pamit. Saya nyariin sampai begini," jelasku lagi sambil menunjukkan keadaanku yang sudah basah.
Dia malah menggeleng dengan senyuman sinis. Awas saja nanti sampai rumah.
"Pak, kedinginan ya? Lagian nekat."
Ish, masih untung saya perhatian. Malah dicemohin. Dasar labil.
"Apa, Pak?"
"Nggak!"
"Ih. Sudah reda nih. Sudah nggak hujan. Pulang yuk!" ajaknya dengan semangat.
Tubuhku terasa sedikit meriang. Beberapa kali bersin hingga sekarang tidak bisa lagi mencium aroma. Jangan-jangan aku ...
Sesampainya di rumah, Fiqa dengan cekatan menuntunku ke kamar. Agaknya dia tahu, kalau aku sedang tidak baik-baik saja setelah kehujanan tadi.
