Bab 260
Iya, Mar. Mbak tunggu, ya!" Setelah m nucapkan salam, Marsya memutuskan panggilan telepon.
Tak lama, ponselku kembali berbunyi. Sebuah kiriman video masuk ke aplikasi berwarna hijau itu. Aku dan Vera menonton video itu dengan serius sampai akhir.
"Fix! Simpan video ini. Aku yakin ini akan berguna nanti!" ucap Vera bersemangat.
"Iya, itu juga yang aku pikirkan. Makanya aku meminta Marsya untuk terus memata-matai Chintya.dan merekam semua tindak-tanduknya yang mencurigakan.
"Ya, sudah! Kita tunggu saja reaksi dari Faiz. Tapi, kalai ternyata dia tak juga mengambil tindakan. Kita yang bertindak! Kamu siap kan, Ratna?"
"Siap, dong. Apalagi ada kamu, sahabat terbaikku. Aku pasti kuat melewati semua ini."
"Yup, betul. Kamu bisa mengandalkan aku. Kapan pun aku siap membantumu!" ucap Vera sembari tertawa.
Dasar Vera. Kalau ada dia, sedihku selalu hilang. Dia memang sahabatku yang selalu ada untukku, baik suka maupun duka.
***
Seminggu kemudian