Bab 190
"Sebenarnya aku ke sini untuk mengantarkan ini." Disodorkannya amplop berwarna coklat kepadaku. Tapi tanganku kalah cepat dengan tangan Bunda. Mataku melihat dengan rasa tak percaya.
Ayah menatap Gaga dengan mata memerah menahan amarah, rahang laki-laki berkulit legam itu terlihat mengeras.
Dengan tangan bergetar, kuambil dan kubaca dengan saksama deretan alfabet yang tertera di depan amplop berwarna coklat ini. PENGADILAN AGAMA? SURAT PANGGILAN SIDANG?
Aku berjalan mendekatinya, "apa maksudmu, Mas? Kamu mau menceraikanku?" tanyaku dengan suara yang hampir tak terdengar.