Bab 170
"Mar, kita makan dulu baru cari kado ya?" Katanya sambil meminta pendapatku, ketika kami tiba di mall depan kantor.
"Boleh, mau makan apa?" Kataku balik bertanya kepada Merry.
Eh, ni anak malah diam dan bengong sambil memandang ke satu arah, bukannya menjawab pertanyaanku.
"Hei … Merry, denger ga sih aku ngomong apa?" tanyaku sambil melihat ke arah dia memandang.
Deg!
Jantungku berdetak kencang, ya Allah yang di liat Merry itu bukankah James, suamiku dan seorang wanita yang aku temui dan sekarang tinggal bersama kami
Akhirnya selesai juga pekerjaanku. Dari pagi ublek-uthek di dapur mempersiapkan sarapan. Meski suamiku bergaji besar , tetapi kami tidak memiliki pembantu. Memang yang menginginkan dengan alasan agar aku bisa gerak dan tidak mager dan juga uangnya bisa aku gunakan untuk yang lain.
Waktunya rebahan sambil nunggu Dhuhur, lagi pula mau apa lagi? nyuci, memasak, menjemur pakaian, menggosok, menyapu, mengepel, semuanya sudah.
"Capek," gumamku.