Bab 168
Beberapakali aku menemukan mimpiku sendiri terjerembab di depan pintu. Kuyup oleh hujan. Seperti pakaian kotor berulangkali kucuci dan kujemur di halaman luas.
Pada saat saat seperti itu aku selalu ingat wajah dan matamu saat menatapku; selalu teduh dan meneguhkan.
Maka aku yakin pada akhirnya jarak hanya memisahkan raga.
Tapi ia tak pernah sanggup menjauhkan mimpi, imaji dan kenangan yang kita semat bersama dalam rindu yang paling diam
Pernah berjalan di rimbunnya hutan bambu ketika senja di selimuti kabut, menikmati rintik gerimis bersama. Walau akhirnya langkah harus terhenti dan di paksa menjauh.
*****
Aku tergagap menatap laki-laki yang ada di hadapannya, laki-laki yang selalu ada, untukku selama beberapa beberapa tahun ini. aku yang sekarang berstatus menjadi suami orang dengan duri di rumah tangga ku sendiri yang aku ciptakan sendiri akibat kebodohan ku.