Bab 103
di tempat lain
Matahari mulai menampakkan sinarnya. Setelah malam panjang yang mereka lewati, Milly dan Edwin masih tertidur pulas, hingga Edwin membuka matanya perlahan, meregangkan otot-ototnya. Pandangan Edwin berlabuh pada wajah Milly yang kala itu masih tertidur pulas, dan senyuman pun tersungging di bibir Bara.
"Terimakasih Milly, sudah bersedia menjadi istri Edwin sepenuhnya." Bisik Edwin lirih.
Mengalihkan pandangan ke jam dinding yang terpasang apik di dinding kamar yang megah itu. Mata Edwin terbelalak kala Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 07.00, Hari ini bahkan Bara telat untuk beribadah subuh.
"Astaga! Saya telat." Kata Edwin kemudian segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak mau membuang waktunya, begitu semua sudah siap, Edwin segera turun untuk sarapan dan berangkat ke kantor.
"Pagi sayang..." Sapa Edwin pada Livia yang sudah duduk manis di meja makan, menikmati semangkuk sereal coklat buatan Bi Siti.