Jacobs sudah berlari masuk ke dalam apartemen milik Azumi, dia melihat beberapa lelaki yang sedang menghancurkan isi rumah tersebut. suara tangis terdengar cukup menyayat hati, Jacobs memandang nanar ke arah Azumi yang saat ini sedang memeluk seorang lelaki tua dan meringkuk seperti bayi.
"siapa kalian!?." tanya Jacobs, saat itulah semua orang menengok ke arahnya. keheningan terjadi beberapa saat.
"Jacobs Tolong.. Hiks.. hiks." Ujar Azumi yang sekarang sudah menatap lekat ke arah lelaki di depannya.
"siapa kau! jangan mencoba menghentikan kami! wanita ini sudah berjanji akan membayar hutangnya. jadi saat dia tidak mampu membayar, maka kami harus mencari barang untuk ganti rugi!." ujar salah satu lelaki yang cukup besar tubuhnya.
"Berapa hutangnya?." tanya Jacobs lagi, dengan sangat santai lelaki itu sudah menggulung kemejanya dan mulai mengeluarkan ponsel dari balik celana panjang.
"satu juta dollar! apakah kau sanggup membayarnya?."
"Hah! satu juta? sejak kapan!?." Azumi terkejut mendengar ucapan sang pria, dia tidak pernah tau bahwa ayahnya mempunyai hutang lain sebanyak itu.
"sejak kapan? sejak ayahmu yang sudah tua ini meminjam dari bos kami dan tidak pernah membayar sama sekali!."
"aku sudah minta batas waktu! kenapa kalian datang dan malah meminta lebih banyak? kalian gila! aku tidak akan bayar!." ujar Azumi sekali lagi.
"kalau begitu biarkan kami membawamu ke penjara dan organ tubuh ayahmu kami cari mana yang berfungsi untuk menutup hutang! jangan lupa bahwa kau sudah tanda tangan dan menyetujui semuanya!."
"Aku tanda tangan karena meminta batas waktu! kenapa sekarang kalian menambah hutang kami! jangan semena-mena!." Azumi sudah bangun dari tempat duduknya, dia sekarang tidak bisa menangis lagi. sebab dia merasa lelaki penagih hutang di depannya sedang mencari banyak untung.
"berikan nomor rekeningnya, biar aku lunasi." ujar Jacobs, lelaki tersebut sudah memegang bahu Azumi.
"Tapi Jacobs, aku menyuruhmu kemari untuk membantu mengusir lelaki- lelaki ini. bukan melunasi hutangku, aku tidak mau memanfaatkan dirimu. jangan buat aku berada di Posisi yang salah, aku hanya memikirkan namamu tadi. karena aku takut ayahku disakiti mereka." Azumi menatap dengan pandangan yang cukup lelah, dia sedih dan tidak bisa berpikir apapun lagi. Namun dia juga tidak mau jika Kedatangan Jacobs malah terlihat dia manfaatkan.
"Tidak masalah, kita bahas itu nanti. yang penting semua orang ini pergi lebih dulu." Jacobs memberikan senyum manisnya, lalu dia menatap kembali lelaki yang sepertinya ketua di perkumpulan itu.
"Ini nomor rekeningnya, bayar sesuai apa yang telah tertulis disini. Wanita itu sudah menyetujui"
"aku tidak pernah!" kata Azumi dengan kesal, sekali lagi Jacobs memegang pundak Azumi agar wanita itu tenang.
Jacobs sudah memasukan nomor rekening tersebut dan mengirim sejumlah uang yang sudah dijanjikan. Setelah pengiriman berhasil, Jacobs memberikan senyum sinis ke arah mereka. "kalian bisa pergi dari sini." kata Jacobs.
"Harusnya sejak awal kau membawa lelaki ini, pelacur! jadi kami tidak perlu repot-repot melakukan semua ini." setelahnya semua lelaki bertubuh besar pergi dari sana, meninggalkan tiga orang yang sudah membisu.
Azumi Menghela nafasnya kasar, dia menengok ke arah sang ayah yang hanya menundukkan kepalanya tanpa berani berucap apapun.
"Azumi.." kata Jacobs.
"aku tidak tau harus berkata apa, aku tidak sanggup berkata Terimakasih. karena aku yakin itu bukan hal yang mau kau dengar, Jacobs? apapun yang kau inginkan. aku bersedia membayarnya dan aku akan berusaha mengganti uang tersebut. Maafkan aku, aku tidak bermaksud apapun. aku bersumpah! aku tidak sedang memanfaatkan kebaikan dirimu, aku tidak sedang terlihat menyedihkan di depanmu. Jacobs, aku hanya tidak tau harus menghubungi siapa tadi. aku hanya sedang ketakutan." Azumi juga sudah menundukkan kepalanya, dia tidak berani mengatakan apapun pada Jacobs.
"Sepertinya apartemen ini harus di renovasi, kalian bisa ikut aku untuk tinggal apartemen Milikku. bawa saja pakaian yang mau dikenakan, yang lainnya biar aku yang urus." Jacobs tidak menggubris apa yang Azumi katakan, dia malah melihat ke sekeliling ruangan yang benar-benar hancur.
"Jacobs, jangan begini. aku tidak punya nyali melihat wajahmu lagi."
"kau bilang akan melakukan apapun untuk membayar hutang itu bukan? jadi turuti saja apa yang aku katakan. Tuan, Kau ayah Azumi? bisakah kau menurut apa yang aku katakan?." Jacobs sudah memandangi lelaki tua di dekat sofa, ayah Azumi langsung mengangkat kepalanya dengan cepat dan mengangguk paham.
dia sudah bangun dan buru-buru mengambil beberapa pakaian, Azumi yang melihat hal tersebut hanya bisa mendesah pelan.
"Jika kau tidak mau mengikuti apa yang aku katakan, kembalikan satu juta dollar Milikku sekarang." ungkap sang lelaki dengan serius serius.
"kau membuat hatiku serba salah." Azumi Menghela nafasnya pelan, dia membantu ayahnya mengemas sedikit pakaian. lalu Mereka bertiga keluar dari ruangan apartemen tanpa suara sama sekali. hanya Jacobs saja yang sedang menelpon seseorang untuk mengurus Apartemen milik Azumi.
Mereka masuk ke dalam mobil milik Jacobs, sang wanita duduk di kursi depan bersama sang penolong. sedangkan Ayah sang wanita duduk di belakang sambil memeluk tas yang dia bawa. sepertinya rasa bersalah paling dirasakan oleh sang lelaki tua, Karena dia tidak mampu mengatakan apapun atau mengucapkan kata terimakasih sama sekali.
Perjalanan panjang malam itu terasa hening dan menyesakkan dada, Azumi mengutuk dirinya yang malah menghubungi jacobs. semua orang yang melihat kejadian tadi pasti akan berpikir bahwa Azumi sengaja, karena wanita itu tau bahwa Jacobs mampu membantunya dan uang satu juta dollar bukan hal yang harus di pikirkan.
Namun berbeda dengan perasaan Azumi, dia merasa bersalah dan bahkan mulai berpikir untuk menyerahkan tubuhnya pada Jacobs. wanita itu melirik sekilas ke arah lelaki yang memakai kemeja berantakan, wajahnya dingin dengan rahang yang cukup seksi itu.
Jacobs sempurna! sangat sempurna untuk ukuran lelaki muda. Azumi tau bahwa siapapun yang melihat lelaki itu pasti akan terhipnotis dengan sendirinya.
"Apakah kalian sudah makan? aku sebenarnya cukup lapar." ujar Jacobs, menghentikan keheningan yang terjadi.
"aku baru pulang dan belum sempat makan apa apa." Azumi berkata jujur.
"kalau begitu kita akan memesan makanan dan makan di apartemen milikku."
"Baiklah." kata Azumi, wanita itu tidak mampu menolak. jika dalam drama romantis dan novel novel cinta, mungkin semua wanita akan berusaha menolak hal tersebut. tapi untuk Azumi? bagaimana bisa dia menolak tawaran makan saat dia sendiri membutuhkan makan saat ini! otak dan tenaganya terkuras habis Karena ulah penagih hutang! sialan!