"I Love you, Honey," ucap Gaven dengan senyuman yang mengembang, begitu juga dengan Zia yang tersipu malu mendengar ucapan Gaven.
"Kok diem aja?" tanya Gaven.
"Emangnya Zia harus gimana, Kak?" tanya Zia.
"Jawab dong, I love you too, begitu." jawab Gaven dengan mengeja setiap kata.
"Gak mau, Zia malu," ucap Zia.
"Kenapa malu, kita udah menikah, jadi gak apa-apa, malah harus," ucap Gaven.
"Ish ... Kak Gibran," ucap Zia, dia yakin jika wajahnya sudah merah, seperti kepiting rebus.
"Lucu deh kalau malu-malu kayak begitu," ucap Gaven, lalu tertawa.
"Kita mau ke mana, Kak?" tanya Zia, mengalihkan pembicaraan, tapi mereka memang belum memiliki tempat tujuan.
"Ke mana ya, enaknya," jawab Gaven.
"Gak tau," ucap Zia.
"Lusa kamu udah mulai sekolah, kita gak bisa bebas lagi," ucap Gaven.
"Maa sya Allah Kak, kita tinggal satu rumah kok," ucap Zia.