Chereads / Tembok Pembatas / Chapter 12 - Chapter 12 - Cuek

Chapter 12 - Chapter 12 - Cuek

waktu menunjukkan pukul 23.00 WIB, namun bona kesulitan untuk tidur setelah permainan tadi membuatnya gelisah, hatinya menjadi tidak tenang, hatinya merasa kacau. sedangkan lena dan sella sudah tertidur dengan lelap.

bona merasa ia harus keluar sebentar dari kamar hotel untuk mencari angin, mungkin saja bisa membuatnya sedikit tenang dengan berjalan kecil di sekitar pantai.

bona bergegas memakai jaketnya, suasana malam itu lumayan sangat dingin. namun langit terlihat sangat indah, di hiasi dengan bulan purnama dan di taburi bintang yang bersinar dengan terangnya.

suasana malam itu cukup sunyi, hanya terdengar suara ombak dan jangkrik menambah keindahan malam.

bona duduk di batu kecil sambil memandang langit, hatinya menjadi sedikit tenang, pikiran yang kacau kembali tenang.

dalam keheningan dan ketenangan, tiba-tiba pundak bona di tepuk seseorang, bona langsung terkejut ia hampir terjatuh dan langsung di tangkap muza. ternyata muza juga sedang jalan-jalan malam di sekitar pantai, ia merasa sedikit bosan dan tidak bisa tidur juga, kebetulan ia melihat bona dan langsung menghampiri diam-diam untuk mengagetkannya.

bona terjatuh dalam pelukan muza, mereka saling memandang dan sangat dekat, saat bona melihat muza ia langsung menjauh dan melepaskan diri dari pelukan muza dan memarahinya.

"bercandanya jangan kelewatan pak, saya hampir saja pingsan" dengan wajah jutek bona memarahi muza

"maaf, saya tidak bermaksud begitu, lagian ngapain juga malam-malam sendirian, untung kamu ketemu sama saya, coba kalau yang lain." muza membalas dengan sedikit mengejeknya.

"terserah saya dong pak, itu hak saya, juga bukan urusan bapak" bona membalas dengan kesal sambil memalingkan wajahnya.

"kamu lagi pms ya.., dari tadi jutek banget. emang ya kalau cewek lagi pms serem." muza kembali menggoda bona.

bona hanya melihat sejenak ke arah muza, ia kehabisan kata-kata, dan ia merasa sangat kesal karena mengganggu ketenangannya. tanpa pikir panjang ia langsung menjauh dari muza.

"bona, kamu mau kemana? jangan berkeliaran sendiri malam-malam begini." muza berteriak dengan bona yang menjauh darinya dan langsung mengejarnya.

"tolong, bisa tinggalkan saya sendiri?" bona mencoba meminta muza untuk tidak mengikutinya lagi.

"saya tidak bisa meninggalkan kamu sendirian, tepatnya meninggalkan kamu sendiri di tengah malam begini, bagaimana kalau terjadi sesuatu?" muza mencoba untuk memberi pengertian kepada bona.

bona hanya menghembuskan nafas panjangnya dan ia kehabisan kata-kata, bona mencoba untuk menghiraukan kehadiran muza.

"kamu kenapa sih, kalau ada masalah bisa ceritakan kepada saya, mungkin saya bisa membantu." muza mencoba untuk berbicara dengan bona namun bona hanya terdiam dan tidak menghiraukannya.

"masalah ku adalah kamu." bona berbicara dalam hatinya.

Karena bona tidak merespon muza, muza dengan kesal langsung setengah jongkok duduk kehadapan bona. tindakan itu membuat bona kaget, ia tak menyangka muza tiba-tiba melakukan itu membuat jantungnya berdetak kencang.

muza mencoba menatap bona dengan serius, sambil memegang tangan bona. dibawah sinarnya rembulan suasana terasa sedikit canggung bagi bona, ia merasa seperti dalam sebuah drama romantis.

"apa-apa ini, siapapun yang melihat pasti akan salah paham dengan sikap mu pak" bona berbicara dalam hati sambil menatap wajah muza yang tampan dalam diam sambil menahan diri, jantungnya berdetak sangat kencang.

bona merasa ia harus kabur, ia tak bisa mengendalikan diri apalagi detak jantungnya terlalu kencang ia takut akan kedengaran oleh muza.

"sa.. sa.. ya... pamit dulu ya pak". bona berbicara dengan terbata-bata, langsung melepaskan tangannya dari genggaman muza dan kabur meninggalkan muza sendiri dengan sangat cepat bahkan ia hampir terjatuh tersandung batu kecil.

"hah, apakah dia seorang atlit lari?" muza hanya melihatnya dengan bengong dan tak sempat berbicara sepatah katapun karena bona berlari sangat cepat sambil tersenyum melihat sikap bona yang sedikit aneh tadi.