Di perjalanan pulang, Pak Mario tampak khawatir padaku. Kakiku yang sakit, tetapi Pak Mario yang justru seperti merasakan sakitnya. Bahkan berkali-kali Pak Mario meminta sopirnya untuk menambah kecepatan supaya cepat sampai di rumah. Perempuan mana yang tidak luluh melihat sikapnya yang teramat perhatian.
"Kau yakin tidak ingin ke rumah sakit?" tanya Pak Mario.
"Tidak. Saya rasa sakitnya akan segera hilang," jawabku.
"Sakitnya akan hilang, tetapi dokter bisa menanganinya lebih cepat," ucap Pak Mario yang masih berusaha membujukku.
"Aku yakin, aku masih bisa menahan sakitnya," tolakku.
Kami akhirnya sampai di rumahku. Pak Mario keluar dari mobil dengan cepat dan membukakan pintu mobilku. Dia kemudian membantuku untuk keluar dengan penuh kelembutan. Baju Pak Mario jadi basah karena harus menuntunku masuk ke dalam. Dengan hati-hati aku duduk di sofa. Tiba-tiba Pak Mario berjongkok dan mengecek kakiku yang terkilir.