Sekarang aku sudah berhasil mengatakan apa yang sebelumnya sempat kutahan pada Argat. Namun bukan berarti aku tidak jadi pergi. Sekali lagi Argat mengehntikanku yang akan pergi. Aku tidak menoleh ke arahnya karena perasaanku yang sudah campur aduk.
"Apa aku boleh berziarah ke makam Ibumu?" tanya Argat.
Kupejamkan mataku karena merasakan hatiku yang bergemetar. Setelah sekian lama Argat peduli pada ibuku. Mengapa butuh waktu selama ini? Aku tidak memintanya untuk menganggap ibuku seperti ibunya juga, tetapi tolong lebih sering temui dia. Semasa hidupnya ibuku hanya bisa bertanya di mana keberadaan Argat, bahkan bisa dihitung dengan jari kapan mereka bertemu.
"Aku tahu kalau aku sudah menuduhmu waktu di rumah sakit. Tapi kenapa kau tidak jujur padaku?" tanya Argat merasa bersalah.
"Aku tidak bisa karena melihat kondisimu," jawabku.
"Kau sedih, tapi masih emmikirkan orang lain?" tanya Argat yang tidak percaya dengan yang kulakukan.