Aku berjalan menghampiri wanita paruh baya itu yang tak lain adalah Bu Rima. Kupeluk Bu Rima untuk menyalurkan kerinduanku. Aku benar-benar merindukannya. Saat Bu Rima tidak ada di sini, kehidupanku terasa semakin sulit. Bukan karena harus menggantikannya melakukan pekerjaan rumah, tetapi karena tidak ada orang yang bisa membuatku tetap kuat.
"Kenapa Bu Rima pulang? Apa ada urusan penting?" tanyaku setelah melonggarkan pelukanku.
"Bu Delisa tidak tahu? Apa Tuan Argat tidak memberitahu?" Bu Rima balik bertanya.
Aku hanya menggeleng. Hal apa yang coba disembunyikan Argat? Dia tidak memberi tahuku sama sekali.
"Bu Delisa pasti sangat lelah karena harus mengurus rumah sendirian. Saya akan buatkan jus," ucap Bu Rima.
"Bu Rima, memangnya apa yang disembunyikan Argat dariku? Aku benar-benar ingin tahu," ucapku.
"Sudahlah, Bu. Saya harus kembali bekerja," ucap Bu Rima yang enggan menceritakannya padaku.