Kubawa kotaknya ke dalam kamar. Syukurlah Argat tidak ada di dalam, sehingga aku bisa membukanya. Sebuah kain berwarna pastel berada di dalamnya. Kuambil kain itu supaya bisa melihat bentuk detailnya. Untuk beberapa saat aku menatap takjub gaun yang sedang kupegang ini. Namun, aku segera tersadar bahwa tidak seharusnya aku menerima pemberian yang sangat indah seperti ini. Apalagi harganya sangat mahal. Aku yakin kalau gaun ini mahal meski terlihat simpel. Tiba-tiba Argat mengambil alih gaunnya. Tanpa berhati-hati Argat memegang gaun itu seakan hanya kain biasa.
"Siapa pengagum rahasiamu? Atau kau punya kekasih juga?" tanya Argat yang masih menatap gaun itu.
"Kembalikan," mohonku.
Ponselku berdering karena ada pesan dari Pak Mario. Kubalikkan ponselku supaya notifikasinya tidak kelihatan oleh Argat. Aku hanya tidak ingin Argat menuduhku yang bukan-bukan.
"Balas saja jika memang penting," ucap Argat.
