Sebuah mobil berwarna hitam baru saja tiba. Argat turun dari dalam mobil dan berlari ke arahku. Dari tatapannya sepertinya dia sudah tahu dengan apa yang terjadi. Dia menggandeng tanganku dan membawaku masuk. Pak Hasan yang akan memarkirkan mobilnya ke garasi, sedangkan kami semua masuk ke dalam dan membiarkan kerumunan itu. Aku berhenti dan menoleh ke belakang saat gerbangnya mulai ditutup.
"Gerbangnya mungkin ditutup, tetapi tidak akan menghilangkan kebencian mereka padaku," ucapku.
"Ayo, Sayang, kita masuk," ajak Mama.
Di kamar Argat langsung memelukku. Saat itu juga aku kembali menangis. Beritanya sudah disebar di mana-mana dan bagaimana caraku untuk menghentikannya? Kupegang jasnya dengan kuat karena merasa sangat terluka. Aku begitu hina sekarang.
"Pukul saja aku. Pukul aku untuk melampiaskan kemarahanmu," suruh Argat.