Maya tak kunjung bangun dan membuat kami semakin panik. Pak Wirawan kemudian mengangkat Maya dan membawanya masuk ke dalam mobil. Dengan kecepatan tinggi, Pak Wirawan mengendarai mobilnya menuju rumah sakit. Perasaanku sudah tidak enak lantaran tidak bisa merasakan denyut nadinya. Meskipun begitu, aku tidak ingin berpikir buruk. Maya pasti akan selamat.
"Sus! Tolong!" ucap Pak Wirawan dengan keras.
Perawat kemudian menunjukkan pada kami ke ruang pemeriksaan. Kini sudah ada dokter yang akan menanganinya. Kami bertiga tidak diizinkan masuk, sehingga hanya menunggu di luar. Tante Alma menyandarkan kepalanya di bahuku dengan air mata yang tak berhenti menangis, sedangkan Pak Wirawan berdiri di dekat pintu dengan menyilangkan dada. Pak Wirawan memang tidak menangis, tetapi raut wajah khawatirnya tidak bisa disembunyikan.
"Seharusnya kita tidak membawanya pergi secepat ini. Maya masih butuh istirahat," ucap Tante Alma menyesalinya.