Dengan mataku, aku memberi aba-aba pada Pak Wirawan. Lewat diriku, aku akan memberitahu kapan waktu yang tepat untuk menjangkaunya. Dengan gerakan mendadak, aku mengalihkan perhatian Maya dengan pura-pura terjatuh. Saat itu juga Pak Wirawan langsung menangkap Maya dan menjatuhkan pisaunya.
"Lepaskan!" Maya berusaha memberontak.
Dengan kekuatanku, kucoba abaikan rasa perih di tanganku. Aku kembali membujuk Maya supaya tidak melakukan sesuatu yang tidak hanya membahayakan dirinya, tetapi juga orang lain.
"Sudah sejauh ini kau memilih bertahan hidup. Apa kau akan membuatnya sia-sia? Kedua orang tuamu selalu menjagamu. Dia selalu menyayangimu dan menerimamu dalam kondisi apa pun," ucapku.
"Tapi bukan itu yang kuinginkan. Argat- " ucapan Maya terpotong karena langsung kusahut.
"Cukup, May! Hentikan obesesimu itu," ucapku membantahnya.