Aku memapah Argat untuk duduk di sofa. Tadinya aku ingin membawanya ke rumah sakit, tetapi Argat menolak. Argat terus beralasan kalau lukanya tidak parah hingga harus di bawa ke rumah sakit. Daripada terus berdebat dan membiarkan lukanya makin perih, lebih baik kuturuti saja kemauannya.
"Argat," ucap Mama panik yang melihat kondisi Argat.
"Aku tidak apa-apa, Ma," ucap Argat supaya Mama tidak khawatir.
"Apa yang terjadi? Dia berantem dengan siapa?" tanya Mama.
Argat melirik ke arahku supaya tidak memberitahu apa yang terjadi kepada mama. Mama pasti akan panik saat mengetahui bahwa hal ini berhubungan dengan Maya, karena aku dan Argat ingin menyelesaikannya secara sembunyi-sembunyi.
"Aku akan mengambilkan obat," ucapku kemudian mempercepat langkah menuju dapur.