Setelah memandikan Arkasya, aku berniat menyiapkan pakaian kerjanya Argat. Namun saat hendak menyentuh kemejanya, pergerakanku terhenti. Kejadian semalam membuatku ragu untuk mengambil kemejanya. Kami hanya menangis dan belum sempat membahasnya lebih dalam.
"Delisa, mana pakaianku?" tanya Argat yang sedang menggosokkan handuk ke rambutnya.
Aku berbalik menghampirinya. Argat berhenti melakukan kegiatannya karena melihatku yang justru semakin menjauhi lemari.
"Apa yang kau inginkan?" tanyaku langsung intinya.
"Apa langkahmu selanjutnya? Aku sudah mengambil keputusan kalau aku akan mengikuti semua yang kau inginkan," ucapku.
Ya, kurasa memang pasrah adalah jalan yang terbaik untuk kami. Aku tidak ingin terlalu bersikeras yang pada akhirnya harus pesewa lagi. Kalau memang harus terjadi, maka biarkan saja terjadi. Terus memaksa di saat kami memang tidak ditakdirkan hanya akan menambah lukaku.
"Aku sudah bilang kan kalau aku mencintaimu?"