Setelah bebanku menjadi lebih ringan, aku kembali menemui Argat. Mungkin karena terlalu lama dia sampai tertidur dengan posisi kepala di sandarkan ke belakang. Aku duduk di sampingnya dan berniat membangunkannya. Namun melihat wajahnya yang damai aku sedikit enggan untuk melakukannya. Pasti dia sudah sangat mengantuk dan aku memilih untuk membiarkannya tidur dahulu. Aku mencoba mencari kesibukkan dengan memainkan ponselku, tetapi berkali-kali aku hanya ingin memandanginya saja. Hingga saat aku mencoba menyisir rambutnya ke belakang dengan jariku, Argat mengerjap-ngerjapkan matanya. Seketika kuturunkan tanganku dan berpura-pura tidak sedang memandanginya.
"Akhirnya kau kembali," ucap Argat dengan serak khas seperti bangun tidur.
"Aku tidak tega membangunkanmu," ucapku.
