Kuletakkan kepala Argat dipangkuanku dan menepuk-nepuk pipinya supaya tetap sadar. Namun darah yang keluar dari perutnya itu sangat banyak hingga membuatku bergetar hebat karena takut terjadi sesuatu yang buruk padanya.
"Argat bertahanlah. Aku akan meminta bantuan," ucapku.
Aku berdiri dan berjalan ke dekat jalan raya untuk berteriak minta tolong. Dengan sekuat tenaga aku berteriak hingga semua orang dapat mendengarku. Usahaku tidak sia-sia, dua orang laki-laki turun dari motor dan menghampiriku. Dari situ aku sangat berharap kalau mereka akan benar-benar menolongku.
"Ada apa, Mbak?" tanya seseorang berbaju biru.
"Tolong aku. Suamiku.." ucapku sambil menunjuk ke arah Argat yang tergeletak bersimbah darah.
Karena saking paniknya ak sampai tidak bisa melanjutkan ucapanku. Kejadian ini benar-benar bagaikan mimpi buruk bagiku, hingga mulutku saja tidak mampu menceritakannya.
"Innalilahi, Mbak. Kita harus bawa ke rumah sakit," ucap seseorang berbaju merah.