Tak terasa sudah lebih dari satu bulan semenjak Argat mengajukan gugatan cerai ke pengadilan. Selama itu pula sudah terjadi banyak kejadian di rumah ini. Meskipun mama mengatakan bahwa dia sudah setuju dengan perceraian ini, tetapi aku bisa melihat sorot matanya yang tak lagi menampakkan kebahagiaan. Karena itu berkali-kali kami menarik gugatannya dan kembali memasukkannya, begitu terus siklusnya. Di tengah kesedihan mama, kami berkali-kali harus melihat Linda yang terus mendatangi Argat dengan harapan dapat membujuknya kembali. Sebenarnya aku juga tidak mengerti mengapa Argat terus menolak Linda. Terkadang aku sampai kasihan pada Linda dengan segala perjuangannya. Tidak puas dengan perlakuannya, tidak jarang Linda memakiku dengan nada yang teramat menyakitkan. Namun setiap kali aku bertanya ada apa, dia tidak ingin menjawabnya. Aku tidak tahu apa kesalahanku padanya. Padahal sebentar lagi aku dan Argat akan berpisah, lalu apa lagi salahku?
"Delisa!" panggil Mama.