Kuambil surat perjanjian itu dari dalam lemari Argat. Setelah kejadian hari ini, Argat memilih keluar entah ke mana. Tidak ada yang ingin menghentikan dia, begitu juga denganku. Tanpa terasa setetes air mata jatuh membasahi kertasnya. Untuk seketika aku khawatir tulisannya akan luntur karena basah, tetapi akhirnya aku sadar kalau surat ini sudah tidak ada gunanya lagi. Kurasakan bahuku yang disentuh dari belakang. Saat menoleh ternyata ada mama di sana. Buru-buru aku berbalik menghadapnya dengan kertas yang kusembunyikan ke belakang.
"Hari ini, Mama merasa sangat malu padamu," ucap Mama yang membuatku tidak tega.
"Tidak, Ma. Mama tidak bersalah," ucapku.
"Mama yang memintamu untuk tetap menjalani kehidupan rumah tangga ini, tanpa sadar bahwa keputusanku itu adalah keputusan yang egois," ucap Mama.