Kami masih duduk di halte, tetapi bukan untuk menunggu bus. Kami hanya menepi dari panasnya matahari siang ini. Untung tidak ada orang lain selain kami yang duduk di halte ini. Cukup lama kami menangis dan saling menguatkan, hingga rasanya aku sudah lelah. Tangan Elsa tak pernah lepas memegang tanganku.
"Kita sudah banyak menangis. Apa kau tidak ingin menceritakannya padaku?" tanya Elsa yang membuatku langsung mengangguk.
Karena terlalu banyak menangis, aku sampai lupa kalau belum menceritakan bagaimana pernikahan ini bisa terjadi. Aku kembali mengingat saat menghadiri pernikahan yang diadakan untuk Maya dan Argat. Sejak awal tidak pernah terlintas di dalam pikiranku kalau pada akhirnya kami yang akan menikah. Dengan mengambil napas sebentar, aku berusaha membuat diriku lebih tenang supaya bisa melanjutkan ceritaku hingga selesai.
"Maya memiliki satu permintaan yang sangat berat untuk kupenuhi," ucapku.