Aku bangun dengan menggerakkan jari-jemariku perlahan untuk memastikan bahwa tidak merasakan perih lagi. Karena sudah diberi obat merah, lukanya mulai mengering. Saat akan menurunkan kedua kaki ke lantai, aku terkejut melihat Argat yang tertidur di sofa dengan posisi duduk. Kepalanya di sandarkan ke belakang sehingga membuat posisinya sedikit mendongak. Pasti lehernya akan sakit saat bangun nanti. Adzan subuh sudah berkumandang, tetapi Argat belum juga bangun.
"Argat, bangun. Sudah subuh," ucapku berbisik di telinganya.