Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Sekarang juga aku akan mencari Pak Mario, bahkan ke mana pun akan kucari. Tidak akan kubiarkan dia merugikan hidupnya sendiri. Saat melewati ruangan Argat, tiba-tiba saja dia keluar. Namun aku terus melangkah seperti sedang dikejar waktu.
"Delisa," panggil Argat yang membuatku mau tidak mau menoleh padanya.
"Kau may ke mana?" tanya Argat.
"Semua orang sedang mencemaskan Pak Mario. Aku akan pergi untuk mencarinya," jawabku mulai gelisah.
Saat hendak menekan tombol lift, Argat kembali memanggilku.
"Apa seperti ini caramu berbicara pada atasanmu?" tanya Argat.
Kupikir baru besok aku akan mulai bekerja, tetapi sejak saat ini Argat sudah memperingatkanku untuk bersikap layaknya sekretaris kepada atasannya. Bahkan tanpa memberiku aba-aba, Argat sudah memutuskannya secara sepihak. Kalau situasinya sudah seperti ini, maka akan sulit bagiku untuk mencari keberadaan Pak Mario.