Chereads / Artis Agresif / Chapter 1 - Pertemuan

Artis Agresif

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉzadahaura
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 11.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Pertemuan

"Dua jam lagi, kita berangkat ke lokasi pemotretan." Terang salah satu asisten artis, seraya mata menatap layar handphone untuk melihat jadwal.

"Oke ... berangkat sekarang." Jawab sang artis sekaligus model, dirinya langsung berdiri dari kursi meja rias.

Kaki wanita berambut panjang tersebut, melangkah meninggalkan ruangan rias. Diikuti asistennya di belakang. Jadwal hari ini sangat padat, bahkan dirinya harus makan di dalam mobil, agar mengejar jadwal. Ia sangat mencintai profesinya, bibir merahnya selalu tersenyum ramah ketika berpapasan dengan kru yang berlalu lalang. Menandakan bahwa artis tersebut sangat ramah pada siapa pun. Karena tanpa mereka dirinya bukan apa-apa.

"Ka Zelin? Makan siang pesanan Kaka, udah ada di mobil." Kata wanita lebih muda darinya.

Tangan Zelin langsung merangkul bahu gadis di belakangnya. "Tanks ya Li ... udah mau setia jadi asisten gua." Katanya, dengan tatapan mata terfokus ke depan.

"Ngomong makasih nya, sambil naikin gajih dong he-he-he." Kekeh Lili seraya membalas tatapan Zelin.

"Mau ku pecat?" Ancam Zelin, dengan tatapan tajam.

Lili pun langsung membuang muka. "Dasar tukang ngancam, giliran Lili ngundurin diri ditahan-tahan." Kesalnya.

"Canda sayang." Balas Zelin, tangannya mulai mencubit lembut hidung Lili.

Kaki mereka bersamaan melangkah menuju mobil sudah terparkir di depan pintu keluar gedung. Lili langsung membukakan pintu belakang untuk Zelin masuk. Itulah mengapa Zelin tidak menginginkan asisten lain selain Lili, karena gadis tersebut sangat gesit dan rajin. Dirinya sudah menganggap Lili separuh dari dirinya. Sebab hidupnya di atur Lili, jadi wanita tersebut tahu apa kesukaan Zelin maupun sebaliknya.

Setelah Zelin dan Lili masuk ke dalam mobil, supir pribadi pun melanjutkan perjalanannya. Menuju tempat pemotretan, dirinya menjadi salah satu ambassador disalah satu perusahaan ternama di Indonesia. Walau pun Zelin tidak terlalu tahu dengan dunia bisnis, namun pengetahuannya dapat dari bibir ke bibir. Wajar saja Zelin memiliki sifat friendly ke semua orang.

Lili tengah duduk di depan, teringat akan sesuatu hal. Kepalanya langsung menengok ke arah Zelin di belakang. "Ka makan siang dulu, itu nasi bok isi chicken katsu. Udah ada ... sesuai pesanan Kaka." Perintah Lili.

Zelin pun mengikuti arah mata Lili, tangannya langsung meraih nasi kotak. Kemudian membukanya secara perlahan. "Oke tanks ... buat Lili sama pak Udin mana?" Tanya Zelin. Takut supir dan asistennya belum makan.

Mata Udin langsung melihat kaca spion di dalam mobil. "Saya udah non tadi, di kasih sama dek Lili." Jawab Udin โ€“ supir pribadi Zelin.

"Iya Kaka fokus makan, Lili udah makan tadi bareng sama Pak Udin saat Kaka lagi syuting." Balas Lili seraya menyenderkan punggungnya di jok depan.

Zelin pun mengangguk.

Tangannya mulai memegang sumpit. Dirinya sangat menyukai hal-hal berbau Jepang. Bahkan banyak makanan kesukaannya berasal dari negri sakura tersebut. Jari jemarinya begitu pro dalam memegang sumpit, seperti sudah setiap hari menggunakan sumpit untuk makan. Bibir merah meronanya begitu lahap memakan nasi dan chicken katsu. Matanya sesekali melirik ke luar jendela mobil, seraya mengunyah makanan menjadi lembut kemudian menelan berakhir di dalam organ tubuh Zelin.

"Pemotretannya sampai jam berapa?" Tanya Zelin, di sela-sela kunyahannya.

Lili pun langsung mengambil handphone kerjanya. Lalu matanya melihat jadwal jam. "Sampai jam 19:00 Wib. Itu paling awal, kalo ada pemotretan tambahan mungkin sampai tengah malam." Jawab Lili, matanya sesekali melihat Zelin di kaca spion depan.

Zelin hanya mengangguk, pikirannya terpikir akan sesuatu. Sepertinya Zelin harus menunda menonton anime, karena kesibukannya begitu padat. Ada rasa sedikit cape saat melakukan pekerjaannya. Dirinya kira setelah memenangkan ajang pencarian bakat Zelin akan semakin enak hidup dengan kekayaan. Namun ternyata tubuhnya harus semakin kuat, karena apabila menginginkan banyak uang. Berarti Zelin harus semakin giat lagi bekerja.

Setelah menyelesaikan makanannya, sampahnya dibuang di keresek tepat di samping Zelin. Nanti akan di buang oleh asistennya. Jari jemari berkuku berwarna merah tersebut meraih botol di samping jok yang telah disediakan oleh Lili. Tenggorokannya meneguk setiap aliran air mineral yang mengalir, membuat suara tegukan terdengar oleh telinganya sendiri. Mata memakai bulu mata tipis, itu masih menatap jalanan ibu kota. Melihat kesederhanaan keluarga di pesisir jalan.

Senyum kecil tergambar di wajahnya. Merindukan sosok orang tua, seandainya Bunda dan Ayah Zelin masih hidup. Mungkin orang tuanya akan senang menyaksikan kesuksesan Zelin saat ini. Tidak terasa mobilnya sudah terparkir di depan pintu masuk gedung. Langsung saja Lili keluar dengan cepat, kemudian membukakan pintu untuk Zelin agar keluar dari mobil tersebut. Kini Zelin dan Lili beriringan menuju ruangan khusus model ambassador.

"Wow jadi ini perusahaan yang kasih imbalan lebih gede?" Tanya Zelin, matanya membelalakkan menjalar ke semua ruangan.

Lili tepat di sampingnya melirik ke arah Zelin. "Iya Ka ... malah mereka kasih kontrak eksklusif premium." Bisik Lili. "Tapi Lili gak terima sesuai perintah Kaka, padahal bulanannya bisa sampai 7 miliar." Lanjut dengan nada rendah karena takut terdengar oleh pegawai lainnya.

"Duitnya memang banyak ... tapi kerjanya juga pasti banyak Li. Kaka gamau jadi budaknya, sebab dunia bisnis memang seperti itu. Menawari daging untuk mendapatkan daging lebih banyak." Tegas Zelin, walaupun dirinya hanya lulusan SMA. Pemikiran sangat cerdas dalam mengambil keputusan.

Lili langsung merangkul tangan Zelin. "Wah Kaka pintar banget ... ga salah Kaka bisa sesukses ini." Puji Lili seraya menatap dengan mata berbinar seperti mengagumi idolanya sendiri.

"Kamu juga sama pintar ... makanya aku rekrut lu jadi asisten." Balas Zelin, tangannya mulai mengusap lembut puncak kepala Lili, yang lebih pendek dari dirinya.

Tangan Lili dengan cepat membuka ruangan khusus model. Zelin pun masuk ke dalam ruangan bernuansa putih. Dengan lampu kecil begitu banyak di atas langit-langit ruangan, mata Zelin melihat ke sekeliling begitu banyak meja multifungsi. Dirinya hanya mengangguk dan memberi pujian dengan ruang make up nya. Sepatu berhak cukup tinggi itu melangkah masuk ke dalam ruangannya. Mengarah kesalah satu kursi kecil, dengan ukiran di sisinya bunga. Sepertinya perusahaan ini begitu detail mendekorasi ruangannya agar Zelin merasa betah. Sebab warna kesukaan Zelin adalah putih, dan dirinya sangat menyukai barang-barang minimalis.

'Apa ini bujukan agar mereka, agar Zelin menandatangani kontrak eksklusif premium?' Tanya Zelin dalam hati.

Perlahan pantatnya mulai duduk di kursi cantik itu, kini wajah Zelin terpantul di cermin kotak, memiliki lampu bulat mengitari sisinya. Mampu memancarkan cahaya berwarna putih. Zelin tersenyum memastikan lipstik berwarna merah meronanya masih tergambar di bibir tipisnya itu. Kemudian mengedipkan matanya berkali-kali memastikan buku matanya masih kuat.

"Ka ini baju yang akan Kaka pakai." Kata Lili, seraya memegang gantungan baju berwarna putih. "Lihat bagus banget warnanya kalem." Puji Lili, tangan satunya meraba-raba dress tersebut.

Kepala Zelin langsung melirik ke samping. Matanya memicit karena melihat model baju tersebut, seperti pernah melihat model baju seperti itu. Matanya membelalakkan ketika daya ingatnya muncul. "Lah ... itu baju mahal, yang di pakai duta penyanyi dunia loh." Takjub Zelin. Tangannya dengan cepat meraih gantung baju itu.

Melihat respon Zelin, tersenyum. "Mereka bilang, ini hadiah Kaka udah tandatangan kontrak eksklusif loh." Bisiknya. "Apalagi kalo tanda tangan kontrak eksklusif premium ..." Lanjutnya, dengan berbicara di depan telinga Zelin langsung.

"Bagaimana masih mau tanda tangan kontrak eksklusif premium?" Tanya seseorang bersuara berat khas pria.

Zelin pun langsung memutarkan kepalanya ke arah sumber suara. Matanya terpana dengan pancaran mata pria memakai jas hitam itu. Tengah berdiri di pintu, seraya memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Zelin seperti baru pertama kali melihat pria setampan itu, rambut pria tersebut menambah ketampanannya. Apalagi bahu begitu tegap, memperlihatkan bahwa dirinya pria tegas yang berkarisma.

Bersambung ...