Bunyi 12 lonceng istana terdengar kemana-mana..
Bunyi yang menandakan musibah telah terjadi dan meninggalkan kesedihan di seluruh kerajaan..
Seluruh petinggi istana hadir dalam aula baru yang baru dibangun atas Nama nya...
Semua memakai baju hitam polos dan resmi.
Para elf itu memenuhi seluruh aula lingkaran yang tidak terlalu besar ini. Semua tertunduk dalam. Bahkan ada yang menangis.
Aku berjalan pelan dengan berat hati menuju aula baru itu dengan berpakaian seperti akan menikah lagi namun dengan warna hitam dan sedikit putih.
Menggendong Cinta ku yang sudah dingin dan kaku. Mata cantiknya tertutup rapat. Kepalanya tertunduk dan seperti sedang bersembunyi di dada kiri ku..
Cinta ku memakai gaun putih yang sangat mewah bak elf yang akan menikah lengkap dengan tudung putih transparan menutupi wajah nya.
4 buah hati ku mengikuti dari belakang. Dari yang tertua sampai yang baru lahir 2 hari yang lalu.
Langkah ku berhenti di depan pintu utama aula baru yang terbuka lebar yang dibukakan oleh 2 pengawal. Mata ku tertuju pada tempat tidur putih dengan alas emas tebal berkilau banyak helaian bunga diatas nya, sebuah bantal, dan karangan mawar dan bunga lain menghiasi bagian bawah tempat tidur itu.
Aku menahan diri sekuat tenaga ku agar tidak meneteskan air mata..
2 pelayan penjaga pintu berlutut memberi hormat di depan-samping ku namun tak ku pedulikan sama sekali. Fokus ku terletak di tempat tidur didepan sana. Apa Cinta ku akan nyaman tidur disana? Tanpa aku disamping nya..
"Dan.. Datang nya Petinggi Istana kita, bersama Suami beserta Putra-Putri nya.." kata-kata Holy Priest membuat ku semakin merasa perih.
Seisi aula menoleh kebelakang. Dengan kata lain melihat kearah ku semua..
Mereka menatap ku lalu berpindah ke Cinta ku yang ku gendong erat. Tak sudi ku lepaskan Apapun keadaan nya.
Raja Vonderan dan Ratu Hellia ikut menoleh kearah ku dengan sangat iba, prihatin, dan kehancuran jelas terlihat di mata hijau dan orange mereka.
Holy Priest maju satu langkah lalu mengangkat ke2 tangan nya, "Majulah.. Bawa kebanggaan kami pada Tempat Tidur Semestinya.."
Seperti ada guntur menyambar jiwa ku sekeras mungkin. Aku menggigit bibir sambil menahan pilu lalu berjalan perlahan diikuti Buah Hati ku menuju ke depan. Tempat Holy Priest dan pemilik kerajaan Acre berdiri.
Para pelayan menaburkan helaian bunga didepan ku sebelum ku melangkah maju. Lantunan musik yang seperti nya dari biola dan harpa mulai terdengar pelan.
Perlahan pandangan ku berubah kosong seiring semakin dekat nya aku pada Holy Priest.
Langkah ku berhenti percis didepan Holy Priest. Ia membuka tangan nya didepan ku dan sepertinya mulai melafalkan mantra perpisahan.
Musik melantun dengan sangat pelan dan mirip seperti bisikan angin.
Semua yang hadir berdiri dari tempat duduk mereka dan tertunduk dalam. Terdengar isakan-isakan kecil dari belakang ku.
Lucas yang berdiri di tempat duduk sebelah kiri, menatap ku dengan sangat iba. Seperti mengerti kekosongan pandangan ku dan kini hati ku juga akan kosong sepenuhnya..
Aku tidak melihat kebelakang tempat semua buah hati ku bediri. Entah bagaimana perasaan mereka sendiri saat ini..
Suhu ruangan tiba-tiba memanas namun tidak membuat gerah..
Senjata-senjata yang dulu digunakan cinta ku mengeluarkan aura merah seolah mengerti kepergian Majikan nya.
Kenapa aku bisa membiarkan ini terjadi??