Rin kekurangan keberanian, untuk itu hubungannya dengan Edwin tidak juga mengalami perubahan. Orang-orang terus mengatakan itu pada Rin, dan dia sendiri meyakini ketakutan yang dia miliki.
Rin datang hari ini ke kamar Edwin dengan memegang pemikiran. Sederhananya, kejadian ini adalah cara Rin membuktikan keberaniannya.
Aneh? Ya, mungkin. Lagi pula cara berpikir Rin sudah berbeda dari orang biasa.
Seandainya orang lain menganggap kelicikan termasuk hal yang buruk, maka Rin menjadi satu-satunya orang yang membenarkan hal itu.
Akal sehat Rin sejak awal sudah terdistorsi, tercampur dengan pengalaman hidupnya. Dia tidak punya satu orang pun selayaknya sosok orang tua yang bisa mengingatkan jika dia berbuat salah.
Lagi pula selama ini pikiran Rin hanya tertuju pada Edwin. Sementara Edwin tidak peduli pada orang lain dan menganggap mereka semua sama, dia juga tidak menaruh kepedulian lebih pada Rin kecuali cuma sebesar rasa simpati yang dibutuhkan.