Edwin menatap berang pada Dokter yang tersenyum di matanya. Perutnya terasa terbakar perih namun pendarahannya perlahan-lahan berhenti. Setelah beban pertarungan sebelumnya sudah tidak ada, kali ini dia merasa dapat mengeluarkan semua potensinya.
Dokter berdiri dengan tanpa keprihatinan, diam-diam mengalir rasa puas di dadanya saat mengamati wajah lawannya meringis kesakitan. Dia memandang remeh remaja di depannya, hanya seperti itu yang dapat anak itu lakukan sehingga itu sangat jauh dari kekhawatirannya.
"Nak, kau harus lebih mendengarkan perkataan orang dewasa. Satu hal lagi yang ingin aku ajari padamu, kehidupan selalu berjalan dan kau tidak bisa mendapatkan kesempatan kedua dari kejadian yang telah kau lewati."
Dokter mendongakkan dagunya, berbicara dengan cara yang menggurui.
(Menyebalkan! Tingkahnya dan betapa cerewetnya dia benar-benar menunjukkan kesamaan dengan ibu rumah tangga yang sedang menasihati anaknya setelah mengetahui suaminya berselingkuh.)