"Apa? Aku cacat?" tanya Pangeran Julian dengan nada suara yang bergetar.
"Ya, kau cacat. Tidak ada satu orangpun yang suka melihat wajahmu itu. Sebagai ibu, aku kasihan melihatmu, rasanya setiap kali aku melihat wajahmu yang seperti itu aku tidak sudi menganggapmu sebagai anakku. Karena ayahmulah, wajahmu sekarang jadi begitu tampan. Apa kau masih menyepelekan pengorbanan ibumu ini?"
Pangeran Julian mundur dan hampir tersungkur mendengar apa yang diucapkan oleh sang ibu. Benarkah?
Wajahnya rusak, hingga ia sendiri tidak diinginkan oleh ibunya? Ia tidak pernah tahu hal ini, hingga merasa apa yang dikatakan ibunya benar-benar sebuah hal yang mengejutkan.
"Julian, kita sudah melangkah sampai sejauh ini, jika kau menyerah sekarang, maka perjuangan kita akan sia-sia. Kau mau kita akan membusuk di penjara?"
Suara sang ibu kembali terdengar, dan itu membuat Pangeran Julian semakin terpuruk di tempatnya.
"Kenapa aku bisa cacat, Ibu?" tanyanya dengan nada suara yang bergetar.