"Kau bilang, kamu akan membantuku untuk mengoleskan wewangian itu? Memangnya, aku ingin wewangian itu di pakaianku? Tidak, bukan? Aku ingin di kulit tubuhku!"
Kulit tubuh, ya? Apakah itu berarti, dia buka baju dan aku....
Virna mengeluh, ketika pikirannya jadi merambah kemana-mana.
Dan di hadapannya, Pangeran Jeelian, sudah membuka pakaian yang dipakai pria itu, hingga menampakan tubuh atletis berkulit putih miliknya, yang langsung membuat
Virna kacau balau!
Dengan sigap, Virna mematikan lampu yang ada di kamar tersebut, karena merasa tidak bisa menetralisir perasaannya yang mendadak seperti orang gila.
Jantung yang tidak berhenti berdetak, sekujur tubuh yang seperti tersengat aliran listrik, otak yang mendadak buntu, dan....
Badannya bagus bener, beda dengan badannya si Parjo, kulit nggak terurus, dan....
"Kenapa membandingkan aku dengan tetangga binalmu itu?"
Virna tersentak, ketika suara Pangeran Jeelian terdengar.
Wajahnya merah padam! Malu, tengsin jadi satu. Lagi-lagi, ia lupa kalau Bee bisa mendengar suara hati seseorang yang ada di dekatnya.
"Salah sendiri! Pakai buka baju segala! Aku, kan jadi malu sendiri," ketus Virna mencoba untuk membela diri.
Padahal, dia benar-benar tengsin karena sudah mengagumi tubuh Pangeran Jeelian. Punggungnya lebar dan kokoh, seperti menegaskan, pria ini adalah ksatria sejati.
Pangeran Jeelian, ingin berbalik, agar ia bisa berhadapan dengan Virna, tapi yang ada Virna menahan, dan memintanya untuk tetap membelakangi dirinya.
Mana mungkin Virna kuat melihat beberapa roti sobek yang dimiliki Pangeran Jeelian?
Meskipun sudah pernah melihat saat baru saja pria jelmaan Bee itu berubah jadi manusia, tetap saja, jika diulang, ia tidak akan pernah sanggup melihatnya.
"Aku bantu menggosok gel ini di punggung kamu, ya?"
Tidak mau Pangeran Jeelian berpikiran yang tidak-tidak, Virna segera mengucapkan kalimat tersebut, untuk mengalihkan pembicaraan.
"Baiklah. Balurkan dengan benar!"
"Dengan benar?"
"Iya, dengan benar," sahut Pangeran Jeelian, sembari memperbaiki posisinya dengan cara berdiri tegak di hadapan Virna dan, tentu saja Virna kesulitan untuk melakukan apa yang diminta pria itu karena Virna memiliki postur tubuh yang tidak tinggi.
"Maksud kamu, aku harus mengusapkan gel ini, keseluruh punggung kamu?"
Merasa tidak yakin dengan pendapatnya tentang apa yang diinginkan oleh Pangeran Jeelian, Virna memperjelas itu semua khawatir ia salah persepsi.
"Iya, keseluruh, kau tidak paham? Mau aku mempraktekkannya padamu, buka bajumu!"
Pangeran Jeelian berbalik, saat ia usai mengucapkan kalimat tersebut, namun tiba-tiba saja, kedua tangan Virna mendorong tubuhnya, hingga ia terhuyung dan nyaris terjatuh di atas kasur lantai di kamar itu.
"Apa-apaan kau? Kenapa mendorongku?"
Pria jelmaan Bee itu seperti ingin marah, tapi niat itu tidak jadi ia lakukan ketika mendengar suara-suara hati gadis bertubuh mungil di hadapannya.
"Kau, mengira aku ingin berbuat tidak senonoh padamu? Kau, lupa? Aku sudah melihat tubuh kecilmu itu saat kau mandi tanpa menutup kamar mandi? Dan, aku tidak tertarik! "
Makin merah padamlah wajah Virna mendengar apa yang dikatakan oleh Pangeran Jeelian.
Kalimat yang sejujurnya tidak mau didengar oleh Virna, karena itu membuat rasa percaya dirinya seketika hancur.
Tidak tertarik dengan tubuh kecilnya, dia bilang?
Mendadak, Virna sangat kesal. Hingga, niatnya yang ingin membantu mengoleskan parfum gel untuk Bee, tidak jadi ia lakukan.
Gadis itu ingin bersiap pergi saja berangkat bekerja, karena hari sudah mulai terang.
Mencari angkot pagi-pagi itu tidak mudah. Jika ia tidak mau terlambat, maka ia harus bisa berangkat lebih pagi lagi daripada teman-temannya yang memakai motor.
Tapi, Virna tidak bisa menggerakkan tubuhnya ketika gadis itu ingin berbalik dan melangkah keluar kamar.
"Bee! Apa yang kamu lakukan?" tanya Virna, sembari terus mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menggerakkan tubuhnya, tapi ternyata itu semua sia-sia.
Kakinya seperti terpantek di tempat. Hingga membuat ia tidak bisa kemanapun.
"Kau, mau kemana? Kau, lupa akan membantuku untuk mengoleskan wewangian itu?"
"Pakai saja sendiri! Aku mau kerja!" ketus Virna, masih dongkol dengan kalimat yang dikatakan oleh Pangeran Jeelian tadi, tentang tubuhnya yang dikatakan pria itu tidak menarik.
"Aku tidak bisa mengoleskan itu di punggungku!"
Virna membalikkan tubuhnya, menghadap ke arah Pangeran Jeelian, dan aneh, ia bisa bergerak jika arahnya kepada pria jelmaan Bee itu.
Tapi, jika ia berbalik, dan ingin melangkah keluar kamar, jangankan beranjak mencapai pintu.
Menggerakkan tubuhnya saja, ia tidak sanggup.
Benar-benar membuat Virna berpikir. Pria itu pasti sudah menggunakan kekuatan miliknya untuk melakukan hal itu.
"Memakai parfum itu tidak perlu di punggung. Kau sering melihat aku melakukannya bukan? Begitu saja, nggak usah ke punggung segala!"
"Itu bagimu. Tidak bagiku, aku harus memakai itu sampai punggungku, dan kau harus membantuku melakukannya!"
"Kau, bisa membuat aku tidak bergerak begini, lakukan saja dengan kekuatanmu itu!"
"Aku tidak mau boros menggunakan kekuatan, jika ternyata ada orang yang bisa membantuku melakukannya untukku!"
"Aku tidak bilang, kalau aku akan membantumu!"
"Kau, tidak mau melakukannya? Aku bisa membeberkan semuanya pada orang lain, tentang...."
"Virna! Kamu itu bicara dengan siapa? Orang yang menelponmu tidak ada kerjaan lain selain menelponmu saja saja apa!!"
Terdengar teriakan Parjo di sebelah.
"Tetangga binalmu itu, akan sadar ada aku di sini jika kau tidak bisa menurunkan volume suaramu!"
Virna mencibir mendengar nasehat garing Pangeran Jeelian. Tidak dihiraukannya teriakan Parjo tadi.
Memangnya, ini semua salah siapa?
"Masih mau mengataiku di hati? Yang bersalah kau, bukan? Kau, tidak mau membantuku untuk memakai wewangian itu, apa aku salah menahanmu karena hal itu?"
Astaga! Entah di tempat kerja, dan di rumah, Virna dibuat pusing dengan kecerewetan seorang pria.
Sudahlah! Lebih baik, ia mengalah. Sepertinya, Pangeran satu ini juga sama sikap dengan Pak Hanzie yang tidak mau sedikit bicara jika sedang berdebat dengannya.
Terpaksa, Virna melangkah maju. Beruntung, situasi penerangan di kamar itu, membuat wajahnya yang tidak karuan tidak terlihat oleh Pangeran Jeelian.
Tapi, bukankah seekor kucing, justru bisa melihat meskipun situasi sedang gelap?
"Benar! Aku bisa mendengar dan melihat hatimu, tentu saja untuk melihat dalam kegelapan situasi, itu buatku tidak sulit!"
Lagi-lagi, Bee mendengar suara hati Virna,dan meresponnya, hingga Virna merutuk hatinya sendiri yang tidak bisa menahan diri, untuk tidak bicara di dalam hati.
Daripada semua rahasia hatinya terbongkar karena hal itu? Lebih baik, Virna tidak lagi bicara di dalam hati. Apakah bisa? Entahlah!
"Stop membaca isi hatiku! Bukankah itu tidak sopan?" pinta Virna ketika ia sudah dekat dengan posisi Pangeran Jeelian yang ada di atas kasur lantai miliknya.
"Membicarakan orang di dalam hati, dan memakinya juga sebuah tindakan yang tidak sopan, kau terus melakukan hal itu?"
"Oke, oke! Aku minta maaf! Sekarang aku bantu untuk memakai gel ini ke punggungmu, tapi dengan satu syarat!"
"Syarat apa?" tanya Pangeran Jeelian dengan wajah penasaran.
"Katakan, kenapa kau ingin memakai parfum segala? Dan, mengapa kau ingin aku membalurkan parfum milikku ke seluruh punggungmu? Apakah bagimu, punggung dan bahu lebarmu itu kebanggaanmu? Hingga, itu harus wangi sekali? Kau, suka wanita bersandar di punggungmu, hingga kau ingin punggungmu itu wangi?"
Note: Berbeda pendapat itu wajar, yang kurang ajar adalah, saat perbedaan itu ada, kita jadi merasa paling benar dan memvonis orang lain pasti salah.
(Apa yang akan dikatakan oleh Pangeran Jeelian, menyangkut pertanyaan Virna? Stay terus di sini untuk tahu kelanjutan ceritanya ya terimakasih sudah membaca)