"HAHAHAHAHAHAHA."
Ternyata ada yang lebih menyebalkan selain wanita aneh tadi, yaitu suara tawa Abi yang menggelegar hingga pasang mata di koridor rumah sakit yang berpapasan dengan kami melirik dengan tatapan penuh tanya. Seakan menerka-nerka apakah kami baru saja keluar dari psikiater.
"Kalau kau tidak berhenti tertawa, aku akan mencongkel matamu dan membuatmu benar-benar masuk ruang operasi." Jari tengah dan telunjukku ku angkat ke depan matanya persis seperti akan mencongkel matanya. "Demi Tuhan, Abi berhenti tertawa sebelum kita diusir dari sini."
Aku jengkel setengah mati karena Abi masih saja terus tertawa. Tidak memedulikan tatapan orang-orang yang seperti ingin membunuh kami.
"Rey, apa ayah sudah gila?"
Kepala Rey mendongak karena usapan tanganku di rambutnya. Telapak tangannya menutup mulutnya menahan kekehan.