Chapter 3 - 2.Awal Kehancuran

Setelah memasukkan lamaran di beberapa lowongan aku dan kakakku pun mendapatkan pekerjaan di tempat yg berbeda kakakku di terima di toko yg jaraknya cukup dekat dengan rumah sepupu kami sedangkan aku keterima kerja di salah satu mall yg ada di Makassar yaitu (Mall panakukkang) yg jaraknya dari tempat tinggal ku cukup lumayan jauh hingga akhirnya kami pun sama² bekerja dan awalnya semua berjalan baik² sj hingga sepupu ku yg biasa mengantar jemput ku pun mulai komplen karena menganggap tempat kerjaku itu sangat jauh ia menyarankan alangkah lebih baik jika aku mencari pekerjaan yg lokasinya dekat dengan rumah sj.tapi karena pekerjaan cukup sulit untuk di cari dan karena akupun sudah mulai nyaman bekerja di sana akupun memutuskan untuk ngekost sj dan mencoba membicarakan nya dengan orang rumah termasuk kakaku.Akhirnya dengan berat hati semua pun setuju dan esok harinya akupun pindah dan ngekost yg jaraknya cukup dekat dengan tempat kerjaku.Untunglah di salah satu penghuni kost disana adalah tetangga kerja ku sehingga aku tdk terlalu kesepian karena memang sebelumnya Sudah mengenal dia meskipun sebenarnya aku cukup merasa aneh dengan penampilan nya dia adalah seorang wanita yg sebaya dengan aku namun penampilan nya jauh dari kata perempuan di berpenampilan layaknya seorang lelaki atau lebih tepatnya TOMBOY dan lebih parahnya lg dia jg ngerokok layaknya jantan hahahaha.Namun karena sikapnya yg ramah akupun mulai terbiasa dengan semua itu kami semakin hari semakin akrab sj bahkan di saat berangkat kerja kamipun selalu barengan begitupun di saat jam pulang kerja.

Waktu pun terus berjalan dan semua ku lalui dengan kesibukan kerja berangkat pagi pulang malam begitulah setiap harinya namun aku tetap berusaha kuat dan sabar,1 harapanku untuk melanjutkan pendidikan pun sudah sirna tapi tidak ada yg dapat di sesali karena akupun sudah berusaha keras untuk mempertahankan sekolahku namun takdir berkata lain diantara belasan sekolah yg ku datangi semua menolakku dengan alasan yg sama,tapi aku belum putus harapan karena bagiku pendidikan memang penting namun tdk semua harus di ukur dengan yg namanya ijazah karena buktinya meskipun aku cuma lulusan SMP masih tetap dapat bekerja di salah satu Mall yg ternama di Makassar meskipun gaji yg minim namun aku tetap bersyukur dan tdk lupa pula setiap habis gajian masih menyempatkan untuk berbagi dengan ke dua orang tuaku walau tdk seberapa.

Setelah bekerja beberapa bulan yg sehari-harinya pergi pulang bareng temanku itu sebut sj namanya (Oliv) akupun di kagetkan dengan cerita nya di saat kami sedang duduk bersantai pada malam hari di teras kost'an, ternyata dia itu seorang LGBT atau biasa jg di sebut LESBIAN akupun cukup kaget dengan ungkapan nya itu maklum sj gadis desa seperti ku mana tau tentang hal seperti itu namun aku mengerti apa maksud dari LGBT itu tentu sj hubungan antara sesama jenis lebih tepatnya.dan alangkah kagetnya aku saat dia mengungkapkan kalau sebenarnya dia menyukai ku tapi aku menanggapinya dengan tertawa kecil sj takutnya dia akan tersinggung kalau aku menampakkan sikap jijik risih atau apalah tapi tetap sj aku merasa aneh dengan semua itu namun aku tetap mencoba bersikap biasa² sj di depannya karena aku tau sebenarnya yg seperti itu adalah penyakit yg murni keluar dari dalam dirinya bukan sekedar di buat² tapi itu semua tentu sj di picu dari beberapa faktor masalah jadi tentu sj itu penyakit mental atau jiwa bukan penyakit yg berhubungan dengan medis.