Lidahnya kelu untuk berbicara. Mulutnya pun terkunci seketika. Jemarinya yang menghangat membuat Rawnie semakin sulit untuk berkata bohong pada pria itu. Sudah terlalu lama dia tidak pernah merasakan situasi seperti ini saat bersama dengan seorang pria. Ia menjadi bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya sekarang.
"Jawablah dengan jujur, Rawnie." Ucapan itu terdengar begitu lembut di telinga Rawnie.
"Aku pun sebenarnya tidak bisa mengartikan hal ini Ansel."
Ia menghentikan sejenak ucapannya. Ansel masih setia menunggu kelanjutan dari ucapan wanita di depannya.
"Mungkin memang kau berkesan pada kehidupanku. Semenjak kau hadir dihidupku, terlalu banyak hal baru yang membuat aku bisa keluar dari sesuatu yang buruk. Aku terlalu merasa nyaman ketika kau berhasil menguatkanku pada saat terpuruk. Tapi aku tidak akan mencegah dirimu lagi, kau berhak memilih jalan hidupmu sendiri."