Ku lihat dia nampak membelalakkan mata karena emosi dengan ucapanku. Cih! Akhirnya dia yang naik pitam. Bagus! Aku membalikkan keadaan.
"Dia tidak akan pernah menuruti apa yang kau perintahkan," geramnya.
"Oh ya? Lalu mengapa dia terus melawanmu dan malah mengikutiku ketika aku melarikan diri bersamanya? Jika dia memang berpihak kepadamu, mengapa dia memilih kabur bersamaku ketimbang berada di rumah itu? Dan anehnya lagi dia membantu pelarianku. Bukankah hal tersebut sama saja seperti dia menuruti perintahku? Iya, kan? Ka-"
BUG!
Aku menyemburkan darah dari mulutku saat dia menghantamkan tinjuannya tepat di perutku. Chikuso! Hajarannya sakit sekali. Dia berkata, "Diamlah sebelum aku membuatmu menderita lebih dari ini. Siapapun tidak akan pergi untuk menyelamatkanmu, sekalipun itu adalah anakku. Dia tidak akan tahu pulau ini. Jangan harap kau akan selamat!"