Chereads / MUGEN [ TAK TERBATAS ] / Chapter 8 - PERKENALAN part 2

Chapter 8 - PERKENALAN part 2

COAST TOWN

COAST TOWN atau dikenal sebagai geng pesisir pantai ini memiliki sebuah pabrik narkoba. Obat-obatan terlarang yang mereka produksi sudah tersebar ke mana-mana, tentu saja mereka mengedarkannya secara diam-diam. Entah melalui para pengedar yang handal dari pandangan polisi ataupun jual beli di pasar gelap. Tak sedikit orang yang menerima barang haram itu dengan harga yang fantastis. Coast Town bisa saja menjadi geng terkaya se-Jepang jika saja polisi tidak berpatroli. Karena pengawasan polisi yang semakin ketat di sudut-sudut kota yang gelap, membuat Coast Town sedikit kesulitan menyebarkan barang tersebut. Tapi mereka memiliki cara tersendiri agar narkoba itu terjual habis kepada para pengguna.

Pabrik Coast Town tidak berada di dalam gang sempit di kota seperti pabrik lainnya, justru pabrik ini terletak di pesisir pantai. Sangat dekat dengan bibir pantai yang notabenenya dapat dilihat langsung oleh masyarakat. Walaupun begitu, pabrik Coast Town tak bisa disentuh atau dirusak oleh masyarakat maupun kepolisian. Mereka memiliki perlindungan yang mampu membuat semua orang tak bisa mengusik keberadaan pabrik tersebut.

Leader Coast Town bernama Hasegawa Ryusei yang terkenal dengan kebrutalannya menghajar seseorang. Ryusei memiliki sifat yang cukup dingin kepada semua orang, egois dan emosional. Di dalam geng pesisir pantai ini, Ryusei selalu menganggap dirinya seorang bos, bukan sebagai leader. Karena bagi seorang Ryusei, tugas bos adalah memerintah anak buah, sedangkan tugas leader hanya memimpin. Dan keinginan sang bos harus terpenuhi bagaimanapun caranya, jika ada yang menentang maka orang tersebut akan dibunuh oleh Ryusei. Kata 'bunuh' bukan sekedar menghajar tubuh saja, melainkan benar-benar dibunuh hingga nyawa orang yang menentang itu melayang dengan cara menghajarnya berkali-kali. Ryusei tak akan main-main dengan hal itu.

Walaupun begitu, Ryusei tidak dianggap sebagai pembunuh oleh teman-temannya dan ia selamat dalam pengawasan polisi. Tentu, Ryusei melakukan pembunuhan itu secara diam-diam di markasnya yang tak jauh dari pabrik, dan anggota Coast Town yang lain menutup mulut mereka agar tak memberitahukan hal tersebut ke publik, termasuk ke polisi. Karena mereka tahu, Ryusei bukanlah manusia biasa, ia bisa saja disebut sebagai lelaki iblis. Lelaki yang sama sekali tak memiliki rasa iba. Jika saja salah satu dari mereka melapor, maka tak segan-segan Ryusei akan mencari ke mana pun mereka pergi, lalu membunuhnya hingga ia puas.

Yoshinobu Masahiro, Matsutoya Ryuta, Kazuhiro Riki, Kazuki Rui dan Toudou Itsuki adalah anggota Coast Town yang sudah lama menjadi teman seperjuangan Ryusei. Karena mereka, kini pabrik tersebut dapat berdiri dan dikenal banyak orang. Masahiro, Ryuta, Rui dan Itsuki berperan penting di geng ini. Mereka adalah para pengedar profesional yang cerdas dalam menghindari pengawasan polisi saat tengah mengedarkan hasil produksi milik mereka. Pekerjaan tersebut cukup berbahaya, tak jarang Masahiro ataupun anggota yang lain ketahuan oleh warga dan dihakimi di tempat mereka mengedarkan narkoba. Bahkan pernah Itsuki hampir dilaporkan ke polisi, sayangnya saat itu Ryusei datang dan menghabisi si pelapor hingga babak belur. Sampai-sampai si pelapor tidak bernafas lagi dan tak sempat membawa Itsuki ke kantor polisi. Karena hal tersebut membuat Itsuki serta pengedar yang lain lebih berhati-hati.

Sama halnya dengan peran yang diambil Riki seorang diri yang harus mengontrol jalannya pabrik. Tentu banyak kendala yang harus ia lalui. Entah itu pemberontakan warga yang ingin merusak pabrik, entah itu banyaknya orang-orang yang ingin bergabung ataupun beberapa orang yang ingin membakar pabrik. Sebisa mungkin ia melindungi bangunan penghasil narkoba itu dan sebisa mungkin Riki menghalau mereka.

Geng Coast Town tak akan lengkap jika tidak ada seorang bandar yang bertugas menyebarkan narkoba kepada para pengedar lain. Mana mungkin geng ini akan menyebarkan barang mereka di kawasan mereka saja. Pasti ada seorang bandar yang berkeliling kota untuk memperluas pengedaran agar dikenal para pengguna yang ada di luar kawasan Coast Town. Dengan begitu, penghasilan mereka akan meningkat. Ryusei sangat mengenal siapa bandar itu, sayangnya, ia menutupi identitasnya agar tak dikenal oleh banyak orang, bahkan anggota Coast Town saja tidak tahu bahwa mereka memiliki seorang bandar. Karena bagi Ryusei, nyawa seorang bandar sangat berarti untuk Coast Town. Jika tidak ada orang itu, maka penghasilan Coast Town tidak akan meningkat dengan cepat serta tak akan dikenal oleh orang-orang yang ada di luar kawasan pesisir pantai.

Berbeda dengan Ryusei yang selalu ingin dianggap bos dan harus dituruti permintaannya. Ia pasti akan bersantai di markas yang letaknya tak jauh dari pabrik, sambil menunggu hasil pekerjaan dari kelima teman-temannya. Tak ada pekerjaan apapun yang dilakukan Ryusei, ia hanya bisa memerintahkan orang lain melakukan apa yang ia inginkan. Walaupun begitu, justru tugas Ryusei-lah yang paling berat dibanding anggota Coast Town yang lain. Ryusei bertanggung jawab atas kerja sama yang mereka lakukan dengan Yakuza terkenal se-Jepang, Akkan Zoku. Tanggung jawab yang sangat besar dibanding mengedarkan narkoba ataupun menjaga pabrik.

Seperti rumor yang beredar, Coast Town memang menjalin kerja sama dengan kelompok Yakuza itu. Hasil penjualan yang diedarkan anggota Coast Town akan dialokasikan sebagian kepada Akkan Zoku sebagai imbalan telah melindungi pabrik Coast Town. Ya, leader dari geng pesisir pantai ini meminta agar Akkan Zoku menjaga pabrik miliknya untuk dilindungi dari pihak kepolisian dan para warga serta meminta izin untuk mengoperasikan pabrik itu. Dengan begitu pabrik tersebut aman dari segala gangguan. Walaupun gangguan tersebut masih ada, tetapi tak begitu berpengaruh besar terhadap proses pembuatan barang haram itu.

Seperti yang kini tengah terjadi, Akira datang ke pabrik untuk mengecek bagaimana kondisi pabrik tersebut saat ini. Pria bertato itu turun dari mobil dengan ditemani beberapa bodyguardnya. Ryusei yang cukup peka akan kedatangan seseorang pun hanya meliriknya saat pria itu berdiri tepat di samping Ryusei. Memperhatikan upaya para pemadam kebakaran memadamkan api.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Akira.

Tanpa menoleh, Ryusei menjawab, "Entahlah. Aku belum mencari tahu pelakunya."

"Pelaku? Apakah berarti ada seseorang yang sengaja membakar pabrikmu?"

"Ya. Sepertinya begitu. Para pekerjaku bilang mereka melihat seseorang melemparkan sesuatu ke dalam pabrik dan sesuatu itu membuat bangunan ini terbakar," jelas Leader Coast Town itu. Akira mengangguk paham.

"Lalu ... bagaimana cara kau membayar Akkan Zoku jika pabrikmu tak bisa beroperasi lagi?"

"Tenang saja, aku akan tetap mengirimi kalian uang."

"Hah? Bagaimana kau akan mengirimi kami uang sedangkan pabrikmu sudah hangus seperti ini? Apa kau akan mengirimi kami abu bekas pembakaran pabrikmu sebagai pengganti uang? Fuzakenna, Kono yarou!¹ Mungkin uang-uangmu ikut terbakar di dalam sana," ledek Akira membuat Ryusei menatapnya tajam. Tentu ia tak terima, tapi Ryusei menahan diri agar tidak mengundang keributan. Karena saat ini banyak warga yang memperhatikan kebakaran itu. Jika ia bertindak, mungkin akan semakin banyak keributan dan hal tersebut sungguh merepotkan bagi seorang Ryusei.

"Dan ingat! Jika kau tidak membayar kami malam ini ataupun dalam beberapa hari keuangan kami terhambat, maka kau akan menemui ajalmu dalam waktu dekat. Dan kau harus menyerahkan dirimu kepada bos kami," ancam Akira. Ryusei tak mengalihkan pandangannya. Semakin pria bertato itu mengoceh, maka semakin memuncak pula emosi Ryusei. Mungkin jika Akira terus melanjutkan ocehannya sekali lagi, Ryusei akan benar-benar membunuhnya di tempat terbuka itu.

"Cih! Ka-"

"Kami akan tetap mengirimi kalian uang. Kau ataupun Akkan Zoku tidak perlu khawatir. Kalau terhambat, kami akan bertanggung jawab sepenuhnya." Masahiro datang dari kejauhan bersama dengan keempat temannya. Ia pun menatap tajam Akira dan menyela ucapan pria itu.

"Ku pegang kata-katamu, Yoshinobu. Jika apa yang kau katakan hanya omong kosong, ku penggal kepala kalian satu persatu. Camkan itu!" ancam Akira lalu beranjak dari sana. Menaiki mobil mewahnya bersama sang bodyguard lalu melaju dengan kecepatan sedang.

"Kowakatta!² Ku penggal kepala kalian satu persatu. Cih! Dia kira mudah memenggal kepala manusia?" celetuk Ryuta sambil meniru apa yang diucapkan Akira tadi. Teman-teman yang lain hanya tertawa kecil. Sedangkan Masahiro melihat Ryusei penuh kekhawatiran. Melihat bagaimana Ryusei mencoba menahan emosinya, ia khawatir lelaki itu akan mengamuk dan membunuh seseorang hari ini. Ia tahu jika Ryusei sudah kalut, maka tak akan ada yang bisa mencegahnya untuk membunuh.

"Ryusei, ada yang ingin ku bicarakan denganmu," kata Masahiro lalu pergi meninggalkan Ryusei. Ryusei pun menghela nafas lalu menatap tajam semua teman-temannya dan berlalu. Meninggalkan pesan dari tatapan tersebut agar tak ada yang mengikutinya ataupun mendengar pembicaraan mereka. Mengerti tatapan itu, keempat teman-temannya hanya saling tatap menatap.

Ternyata Masahiro mengajak Ryusei ke markas. Tempat ini terbilang cukup luas dan terlihat sangat nyaman. Di ujung ruangan ada bar mini beserta sofa-sofa yang berserakan di sekitarnya. Di dekat pintu, tepatnya di hadapan pintu ada sofa panjang yang mengelilingi meja. Tempat tersebut untuk tempat bersantai atau mengumpul mereka di waktu senggang. Dan di lantai atas ada ruangan khusus milik Ryusei. Tak boleh ada orang yang menempati tempat itu. Lantai dua diisi oleh sofa bed serta di hadapannya ada televisi besar. Dan tak lupa jendela yang sama besarnya dengan dinding, dihiasi gorden merah yang setengah menutupi jendela tersebut. Tak jauh dari sofa ada meja kecil yang di atasnya diisi oleh botol vodka dan beberapa cemilan. Kini Masahiro dan Ryusei berada di sana.

"Narkoba yang kita sembunyikan di ruang bawah tanah sudah diketahui orang lain. Sepertinya semua narkoba-narkoba itu mereka bawa entah ke mana. Aku tidak tahu siapa pelakunya, saat aku datang ke sana, para polisi tengah berjaga. Beberapa orang mengangkut semua kardus-kardus berisi narkoba itu ke dalam mobil barang," lapor Masahiro dengan nada suara seperti seseorang yang bersalah. Ryusei menoleh dengan ekspresi terkejut. Tentu saja, karena narkoba yang Coast Town simpan di ruang bawah tanah di sebuah gedung tak terpakai yang terletak di tengah kota sudah ketahuan polisi. Seperti yang dituturkan oleh Masahiro bahwa orang-orang itu membawa semua narkoba milik mereka. Entah bagaimana mereka bisa tahu keberadaan narkoba itu.

Penyimpanan rahasia itu hanya diketahui oleh Masahiro, Ryusei dan si bandar. Anggota Coast Town yang lain sama sekali tak mengetahuinya. Wajar saja jika lelaki itu hanya memberi tahu Ryusei. Kini Ryusei terlihat tengah menahan amarah setelah mendengar berita buruk darinya.

"Sebelum ke pabrik, aku sempat ke sana. Tak ada yang tersisa satupun. Maafkan aku karena tidak melakukan apa-apa, aku takut mereka tahu bahwa kita yang menyimpan narkoba itu di sana. Mungkin mereka akan mencari tahu siapa pemilik obat-obatan itu dalam waktu dekat," lanjut Masahiro.

"Aku sudah menduga hal ini akan terjadi. Cepat atau lambat seseorang akan mengetahuinya. Ck! Walaupun begitu aku tidak terima," geram Ryusei tak tertahankan. Masahiro pun menghela nafas berat.

"Apakah Akkan Zoku mungkin saja terlibat? Bukannya aku menuduh, hanya saja ini terlihat aneh. Bagaimana bisa polisi-polisi itu tahu bahwa di ruang bawah tanah bangunan itu ada banyak narkoba? Dari mana mereka mengetahuinya? Tidak mungkin pula mereka sengaja datang ke bangunan itu dalam maksud mencari suatu bukti dalam kasus yang tengah mereka tangani lalu tak sengaja menemukan obat-obatan itu. Sangat mustahil, bukan? Walaupun kemungkinannya kecil, tapi aku rasa polisi tidak akan semudah itu menemukannya," tanya Masahiro sambil melipatkan kedua tangannya di dada dan memasang wajah penuh tanda tanya. Saat ini ia tengah bingung harus menebak-nebak siapa pelaku di balik kejadian ini.

"KUSSO³!" teriak Ryusei frustasi sambil menendang meja kecil yang ada di hadapannya. Cemilan serta botol vodka yang tersimpan di sana bertumpahan di mana-mana. Meninggalkan noda di atas karpet. Melihat betapa kesalnya Ryusei, Masahiro pun menyentuh pundak leadernya itu.

"Aku akan mencari tahu siapa pelakunya. Dengan begitu kau yang akan menghakimi orang itu hingga ia tak lagi ada di dunia ini. Dan aku harap kau mendengarkan dulu apa alasannya melakukan hal tersebut," ucap Masahiro membuat Ryusei menoleh. Tatapan tajam serta wajah yang memerah menahan emosi pun mereda dengan seketika.

Ryusei berdecak, "Ku serahkan padamu."

Masahiro segera berlari ke luar markas. Mencari tahu siapa pelaku yang melakukan hal itu. Mereka tentu sangat-sangat tidak terima atas apa yang terjadi hari ini. Pabrik kebakaran karena ulah seseorang, penyimpanan rahasia yang mereka jaga bertahun-tahun kini diketahui orang lain, musibah apa lagi yang akan dihadapi Coast Town selanjutnya? Ditambah, Akkan Zoku mulai mengancam hidup mereka. Hal ini membuat Ryusei sangat frustasi. Ia tak bisa diam saja setelah tertimpa masalah bertubi-tubi seperti ini. Untuk sekarang, Ryusei hanya perlu fokus mencari tahu pelaku pembakaran pabrik. Sedangkan masalah tentang penyimpanan rahasia, ia serahkan kepada Masahiro.

Bersambung ...

><><><

Note :

1 : Jangan bercanda, Brengsek

2 : Menakutkan

3 : Sialan

Arigatou! Thank you! Nuhun! Terima kasih! Obrigada!