"Why? Are you angry? Yes, rampage like that time," ujarnya. Aku memejamkan mataku sebentar lalu membukanya lagi. Menghela nafas berat lalu mengambil ancang-ancang.
"I will kill you!" geram lelaki itu saat aku menunjukkan jari tengahku padanya. Tentu saja ia kembali menyerang. Kami terus-terusan melakukan pertarungan hingga tengah malam pun tiba. Entah sudah jam berapa ini, aku tidak tahu. Mataku tidak sempat untuk melihat jam. Angin malam semakin kencang saja. Walaupun begitu, keringat yang kami keluarkan tak dapat tersapu oleh angin. Sama seperti dendam kami yang tidak akan tuntas jika mereka tidak pergi.