Chereads / MUGEN [ TAK TERBATAS ] / Chapter 3 - AWALAN part 3

Chapter 3 - AWALAN part 3

"Kore da¹. Sekarang mana uangnya?" tanya seorang lelaki berjaket merah kepada seorang lelaki berambut hitam. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, lelaki itu langsung berlari dan memisahkan diri, menjauhi si lelaki berambut hitam itu. Setelah sampai di sebuah tempat sepi, ia berhenti dan menghitung hasil pendapatannya dengan wajah senang.

"Ahaha ¥80.000 memang membuatku puas," ucapnya sambil mencium uang yang ia genggam itu.

"Jangan menciumnya sendiri, Anak Bodoh!" ujar seseorang membuat lelaki itu mencari sumber suara. Seorang lelaki dengan headband yang melekat di kepalanya tersenyum dengan sinis. Poni yang menutupi headbandnya itu bergoyang seiring dengan dirinya melangkahkan kaki. Menatap si lelaki berjaket merah itu dengan tatapan meledek.

"Ryu-Ryusei? Sedang apa kau di sini? Apa kau tidak di pabrik?" tanyanya kepada lelaki yang bernama Ryusei itu. Ryusei tertawa kecil.

"Mana mungkin aku akan meloloskan orang yang mendapatkan uang lebih dari ¥50.000. Mana bagianku? Ingat! Hasil produksikulah yang sudah membuatmu mendapatkan uang sebanyak itu," tagih Ryusei.

"Ck! Kau selalu saja begitu. Ini ambillah! Setidaknya biarkan aku mendapatkan lebih darimu."

"Baiklah! Asalkan kau tidak melakukan hal ceroboh seperti tadi, mengancam dirimu sendiri, Rui." Lelaki berjaket merah yang bernama Rui itu mengernyitkan dahinya setelah memberi Ryusei sedikit uang. Menatap lelaki itu dengan bingung.

"Ayolah! Dengan kau berlari tiba-tiba dari pelangganmu dapat menimbulkan kecurigaan orang lain," kata Ryusei. Kini Rui mengerti ucapan lelaki berheadband itu.

"Ya, aku tadi terburu-buru," balasnya dengan wajah yang tak berdosa.

"RYUSEI! GAWAT!" teriak seorang lelaki berambut warna black brown kepada Ryusei sambil berlari menghampiri Ryusei dan Rui. Kedua lelaki itu menoleh.

"Pa-pabrik kita," ucapnya dengan nafas yang terengah-engah.

"Nani attandayo²? Mengapa kau terlihat panik, Riki-chan³?" tanya Rui. Riki mengatur nafasnya lalu menghela nafas setelahnya.

"Pabrik kita terbakar." Seketika saja jawaban itu mampu membuat Ryusei dan Rui terkejut lalu saling memandang. Tanpa basa basi lagi mereka segera berlari menuju ke tempat yang disebutkan oleh Riki. Benar saja! Seperti yang dikatakan Riki bahwa pabrik yang mereka kelola itu terbakar dengan hebat. Semua hasil produksi serta gedung pun ikut terbakar. Bukan hanya itu, tumpukan mesin pembuat obat pun sudah hangus, hitam tercampur dengan arang dan kini menjadi abu. Suara sirene mobil pemadam kebakaran menambah kepanikan semua orang yang ada di sana.

"Siapa yang melakukannya? Ini sudah keterlaluan." Rui terlihat marah dan tak terima. Ryusei yang mendengar itu pun langsung mengepalkan tangannya dengan kuat. Menatap bangunan malang itu dengan tajam.

"Ryusei, bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?" tanya Rui panik.

"Cari pelakunya!" geram Ryusei. Rui mengangguk dan berlari mencari informasi. Tak terima, tentu saja, Ryusei sangat tidak terima dengan apa yang terjadi kepada pabriknya itu. Pabrik yang sudah bertahun-tahun menjadi sumber penghasilannya benar-benar dilahap oleh api besar itu tanpa tersisa sedikitpun.

"Turunkan emosimu itu, Leader!" sindir seseorang membuat Ryusei menghela nafas. Ia melirik orang itu yang ternyata seorang lelaki tampan berhoodie putih. Lelaki itu menghampiri Ryusei.

"Ada apa ini? Kenapa semua jadi kacau?" tanya Ryusei tanpa menoleh.

"Ck! Kau seperti tidak tahu saja dengan kota sialan ini. Semua orang tak menyukai hasil produksi kita, maka inilah akibatnya jika kita memproduksi obat itu di sini."

"Kau tahu siapa pelakunya, Masa?"

"Tentu saja orang luar," jawabnya. Lelaki yang bernama Masahiro itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie lalu melirik Ryusei yang kini tengah meliriknya juga.

"Aku belum memastikan siapa pelakunya dan belum mencari tahu lebih lanjut. Jika pelakunya orang dalam, pasti aku akan langsung mengetahuinya. Lagi pula mustahil juga kejadian ini disebabkan oleh kesalahan teknis mesin ataupun listrik, setiap waktu para pekerja selalu mengecek semua itu." Masahiro memasang wajah dengan serius. Ryusei mengernyitkan dahinya. Jika memang apa yang dikatakan Masahiro benar, maka pabrik memang sudah sangat terancam. Apalagi masyarakat di kota yang ia tempati saat ini sangat membenci hasil produksi mereka.

"Atau ... semua ini ulah dari Yakuza sialan itu," lanjutnya. Ryusei menoleh.

"Yakuza? Siapa?"

"Siapa lagi jika bukan Takahiro, si Bos Yakuza itu kemungkinan besar berperan besar di balik kejadian ini. Bukannya menuduh, ini hanya firasatku saja."

"Ya. Itu hanya kemungkinan bukan?" balas Ryusei dan diangguki oleh Masahiro.

"Kau benar!"

Di tempat lain, segerombolan orang memperhatikan kebakaran besar itu. Mereka tidak menyangka jika tujuan mereka kini sudah hangus dan hancur lebur, hanya meninggalkan puing-puing bangunan yang akan roboh. Ryusei, si leader melirik ke arah mereka. Menatap mereka dengan tajam. Kedatangan mereka sangat diketahui Ryusei karena lelaki itu sangat peka dengan sesuatu yang asing baginya. Karena mereka ini asing bagi Ryusei, maka Ryusei tahu akan keberadaan orang-orang itu.

"Ada apa?" tanya Masahiro yang tahu reaksi Ryusei saat membaca situasi.

"Siapa mereka?" tanya Ryusei. Masahiro memandangi apa yang dilihat Ryusei.

"Mereka adalah geng kota bernama GRUDGE CLUSTER dan mereka sangat terikat baik dengan geng-geng lain di kota ini atau bisa dikatakan mereka adalah Big Leader dari semua geng. Hobi mereka adalah mempertahankan kota dari kehancuran. Entahlah, mereka hanya bisa bertengkar dan terlihat bodoh. Mungkin mereka berasal dari AKUTOU KOUKOU," jelas lelaki berhoodie putih itu. Ryusei menoleh.

"Akutou Koukou?"

"Ya. Akutou Koukou adalah nama sekolah khusus para Yankee⁴. Ku dengar mata pelajaran di sekolah itu hanya bertengkar, bertengkar dan bertengkar. Aku yakin, mereka pasti tidak tahu jawaban satu tambah satu." Ryusei memandangi orang-orang itu yang kini tengah membicarakan rusaknya bangunan yang ada di hadapan mereka.

"Ck! Secara bersamaan, Geng CRUEL SOUL datang. Ya, walaupun yang melihat hanya dua orang," tutur Masahiro sambil melihat ke kerumunan orang. Ryusei menoleh dan memandangi apa yang dilihat temannya itu. Dua gadis cantik berseragam sekolah ada di antara orang-orang tengah menonton pabriknya yang tengah terbakar.

"Gadis-gadis kejam dari tengah kota. Wajah mereka cantik, tapi hati mereka kejam dan pukulan mereka sangat menyakitkan. Itu pun menurut orang-orang. Apalagi leader mereka, katanya si leader itu akan memukul lawannya tanpa ampun. Gadis yang mengerikan," oceh Masahiro lagi sambil bergidik ngeri. Ryusei melirik lelaki itu lalu memutarkan kedua bola matanya dengan malas.

"Ryusei!" seru Rui. Ryusei menoleh, lelaki itu terlihat kelelahan dengan keringat yang mengucur di sekitar dahi dan pelipisnya.

"Semua pengedar dan pekerja sudah ku kumpulkan. Sekarang kita hanya tinggal menginterogasi mereka," kata Rui sambil mengatur nafas. Ryusei pun berjalan meninggalkan kedua lelaki itu. Begitupun Rui dan Masahiro yang langsung menyusul Ryusei.

Bersambung ...

><><><

Note :

1 : Ini

¥80.000 : sekitar 10 juta lebih

¥50.000 : sekitar 6 juta lebih

2 : apa yang terjadi?

3 : panggilan untuk teman (perempuan/laki-laki) dekat

4 : Berandalan sekolah

Arigatou! Thank you! Nuhun! Terima kasih! Obrigada!