Selama Saartje tinggal di Hindia Belanda, ia belum bisa mendapatkan teman sebaya karena di sekitar rumahnya tak ada anak yang seumuran dengan Saartje, apalagi mereka adalah anak pribumi. Semua anak pribumi itu masih terbilang kecil dan mereka semua sudah diajarkan oleh orang tua mereka untuk tidak berteman dengan perempuan londo seperti Saartje. Saartje pun selalu bermain di dalam rumah saja. Namun kesepian itu semakin lama semakin membuatnya bosan. Ia ingin bermain dan bercanda dengan anak-anak di luar sana. Ibunya, Gisela Vandenberg tidak pernah mau bermain dengan Saartje, ia selalu menghabiskan waktunya untuk memamerkan kekayaan kepada keluarga-keluarga kaya di sekitar rumah.
Ayahnya, Lennerd Vandenberg, terpaksa mengajak dan membawa putri kesayangannya ke pabrik teh dan membiarkan anaknya bermain sendirian di sana. Selama ini ia sudah tahu bahwa ada seorang anak pribumi yang wajahnya terlihat berbeda dari kebanyakan anak pribumi lainnya. Lennerd juga sudah tahu jika nama gadis itu adalah Kathriena. Gadis itu telihat seperti anak campuran antara Netherlands dan Hindia Belanda. Ia menjamin, jika Saartje melihat gadis itu, ia akan menyukainya dan akan berteman dengannya. Dan benar saja, saat pertama kali Saartje bertemu dengan Kathriena, ia mulai tertarik dan diam-diam bertanya tentang alamat rumah Kathriena kepada seorang mandor yang memang selalu berjaga di kebun teh. Kebetulan, mandor itu sangat tahu semua alamat rumah para pekerjanya. Dari situlah Saartje mulai mencari rumah gadis itu. Gadis yang pernah mengajaknya berkenalan namun ditolak mentah-mentah.
"Papa, bisakah kita mempekerjakan seorang bedinde baru?" tanya Saartje kepada Lennerd ketika mereka tengah berada di perjalanan menuju pabrik teh.
"Untuk apa, Putriku? Di rumah kan sudah ada bedinde yang memasak segalanya untukmu dan kerjaan dia pun sangat bagus, kenapa kau ingin kita memiliki bedinde baru?" Lennerd malah balik bertanya. Ia merasa bingung dengan keinginan anaknya yang cukup aneh itu. Selama ini ia tidak terlalu mempedulikan seorang pekerja di rumahnya sendiri, malah ia bisa dibilang sangat tak menyukai para pribumi yang bekerja di sana.
"Aku ingin ada bedinde yang bekerja hanya khusus untukku. Bedinde yang bisa mengurus dan menjadi teman bermainku. Papa tahu sendiri kan selama ini Mama tak mempedulikanku, ia selalu sibuk dengan teman-temannya itu. Tak ada sedikitpun waktu untuknya bermain denganku. Rasa-rasanya saat ini aku mulai membenci Mama," ucap Saartje sembari menundukkan kepala.
"Kau tak boleh seperti itu, Saartje! Bagaimanapun sikap Mamamu, dia tetaplah Mamamu. Mamamu bukan orang yang jahat, dia sangat baik dan penuh dengan kasih sayang. Hanya saja saat ini ia sedang dibutakan dengan kekayaan. Mungkin suatu saat nanti ia akan tersadar dengan apa yang ia lakukan saat ini dan dia akan memberikan seluruh perhatiannya hanya untukmu. Bahkan, mungkin saja, Papamu ini akan terlupakan oleh Mamamu karena semua perhatiannya hanya diberikan kepadamu," jelas Lennerd menasehati.
"Tak mungkin, Papa. Mama tak mungkin melupakanmu, aku yakin Mama sangat mencintaimu," kata Saartje sembari memandangi Lennerd.
"Papa juga sangat yakin jika Mama sangat menyayangi dan mencintaimu, maka dari itu kau tak usah membenci Mamamu ya, Putriku sayang!" ujar Lennerd sembari mencium puncak kepala Saartje.
"Baiklah, Papa. Aku tak akan membenci Mama. Tapi apa Papa akan mengabulkan permintaanku tadi?"
"Anak pintar, tentu saja aku akan mengabulkan apapun yang kau mau. Aku akan mencarikanmu bedinde terbaik dari Netherlands."
"Tak usah, Papa. Aku hanya ingin Aryanti yang menjadi bedinde untukku. Aku hanya ingin wanita pribumi itu." Lennerd mengerutkan kening, heran dengan permintaan anaknya.
"Tumben sekali kau Saartje. Hantu apa yang sedang merasuki putriku ini sehingga ia mau seorang pribumi menjadi bedinde khususnya? Bukannya kau tak suka dengan orang-orang pribumi semenjak anak-anak di sekitar rumah tak mau berteman denganmu?" tanya Lennerd heran.
"Papa, aku sedang tidak bercanda. Aryanti memiliki seorang anak bernama Kathriena dan beberapa hari lalu ia mengajakku berkenalan, namun aku menolaknya. Aku hanya ingin dia menjadi temanku. Aku ingin kita selalu bermain bersama dan aku harap Papa mau mengabulkan satu permintaanku ini. Hanya kali ini saja, Pa. Selanjutnya aku tak akan meminta apapun lagi dari Papa. Aku mohon," pinta Saartje.
"Baiklah. Apapun yang kau minta pasti akan Papa kabulkan," ujar Lennerd. Saartje tersenyum senang lalu memeluk Lennerd.
"Terima kasih, Pa," balasnya dalam pelukan Lennerd. Lennerd pun membalas pelukan Saartje dengan mesra.
Pada hari itu juga, Saartje dan sang ayah, Lennerd Vandenberg pergi menemui Aryanti yang masih memetik daun teh. Mereka mengajak Aryanti untuk bekerja di rumah keluarga Vandenberg. Awalnya Aryanti menolak ajakan mereka karena masa lalu yang belum juga hilang dari ingatan. Ia takut jika ia bekerja dengan keluarga kaya raya apalagi dari keluarga bangsa Netherlands, kejadian mengerikan 13 tahun lalu akan terulang kembali. Namun Lennerd memberikan Aryanti waktu selama satu hari agar Aryanti memikirkan ajakan keluarga kaya raya itu. Setelah satu hari berunding dengan Kathriena, Aryanti pun mengiyakan ajakan keluarga Vandenberg. Kathriena yang sangat antusias langsung mengiyakan ajakan itu setelah mendengar semuanya dari mulut Aryanti.
Pada hari berikutnya, Aryanti pun mengajak Kathriena pergi ke rumah keluarga Vandenberg. Lennerd dan Saartje menyambut mereka di depan pintu. Saartje yang masih malu-malu hanya bersembunyi di balik tubuh Lennerd. Kathriena yang menyadari kehadiran Saartje pun langsung mengajaknya berbicara.
"Nona Saartje, apa kabar?" tanya Kathriena kepada Saartje yang menatapnya dengan sinis.
"Baik," balasnya singkat.
"Saartje, ajaklah Kathriena untuk mengelilingi rumah kita ini. Papa akan berbicara dengan Aryanti," kata Lennerd kepada sang buah hati. Saartje hanya diam saja sembari menatap ayahnya.
"Cepatlah, Saartje!" suruh Lennerd..
"Kau, ikutlah denganku!" ajak Saartje dan meninggalkan Kathriena. Ia pergi ke dalam rumahnya.
"Kathriena, kau ikut saja dengan Nona Saartje ya? Ambu dan Tuan Lennerd akan membicarakan sesuatu," suruh Aryanti. Kathriena pun mengangguk lalu berjalan mengikuti Saartje.
"Di sini kau tak bekerja untuk membersihkan rumah ataupun memasak, Aryanti. Kau akan mengurus Saartje dan mengantarnya pergi ke sekolah. Selama ini dia tak ada yang mengurus, Mamanya selalu pergi ke rumah teman-temannya dan ia tak mau jika diurus oleh orang pribumi seperti Bi Oni. Tapi setelah bertemu dengan Kathriena, entah kenapa dia ingin diurus olehmu. Apa kau pernah menunjukkan kasih sayangmu kepada Kathriena di depan Saartje?" ucap dan tanya Lennerd kepada Aryanti.
"Tidak, Tuan. Saya tidak tahu apakah Nona Saartje pernah melihatnya atau tidak," balas Aryanti dengan sopan.
"Ya sudahlah! Sekarang kau pergi ke dapur dan di sana ada Bi Oni yang akan menunjukkan kamarmu," suruh Lennerd membuat Aryanti terkejut.
"Kamar? Apa Tuan memperbolehkan saya dan Kathriena untuk tinggal di rumah besar ini?" tanya Aryanti.
"Ja. Kau akan tinggal di sini. Jika tidak, Saartje akan marah padaku dan mungkin saja Saartje juga akan marah kepada kalian. Tapi jika kalian tak mau dan ingin kerja hingga sore pun aku tak mempermasalahkannya. Aku hanya ingin kau mengurus putriku dengan baik," ujar Lennerd.
"Baik, Tuan. Saya dan Kathriena akan tinggal di sini untuk Nona Saartje."
"Baguslah. Saya akan pergi ke pabrik dulu, nanti jika ada wanita datang dengan berteriak, itu adalah istri saya. Kau pasti tahu apa yang harus kau lakukan nanti."
"Baik, Tuan." Lennerd pun pergi ke pabrik. Sementara Aryanti pergi ke dapur lalu berkenalan dengan semua jongos dan seorang bedinde yang bertugas memasak serta membersihkan rumah keluarga Vandenberg. Bi Oni, wanita tua itu sudah bekerja di rumah keluarga Vandenberg semenjak Saartje lahir ke dunia. Bahkan Bi Oni lah yang mengurus Saartje sejak bayi hingga berumur 2 tahun, sisanya Gisela Vandenberg lah yang mengurus Saartje. Namun setelah Saartje menginjak usia 6 tahun, Gisela sudah tak mau mengurus Saartje karena ia memiliki teman-teman baru yang juga kaya raya dan meninggalkan tugasnya sebagai seorang ibu. Hal itu membuat Saartje merasa kesepian karena biasanya Gisela yang mengajak dan menemaninya bermain.
Di lain tempat, Saartje menunjukkan seluruh bagian rumah besarnya kepada Kathriena. Kathriena begitu antusias dan sangat senang bisa menginjakkan kakinya di rumah mewah keluarga Vandenberg. Kathriena memberikan Saartje banyak pertanyaan dengan rumahnya itu, Saartje sedikit kewalahan karena pertanyaan yang Kathriena lontarkan begitu banyak dan membuat Saartje pusing sendiri. Namun Saartje merasa senang karena untuk pertama kalinya ia bisa tertawa dan berbicara bersama seorang gadis yang 2 tahun lebih tua darinya. Ia merasa jika kini ia mempunyai kakak perempuan yang bisa menemaninya kapanpun ia mau. Saartje benar-benar bahagia dengan kedatangan Kathriena.
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.