Chereads / Story of Holland / Chapter 13 - Diederick van Devries

Chapter 13 - Diederick van Devries

Diederick van Devries, seorang lelaki tampan anak dari pemilik perkebunan kopi yang berada di Buitenzorg, baru saja tiba di Batavia. Setelah disekolahkan di Den Haag, Belanda, Diederick memutuskan untuk menemui kedua orang tuanya yang berada di Buitenzorg. Diederick lahir di kota kecil ini, namun setelah masuk usia sekolah, orang tuanya memindahkan Diederick ke Belanda dan menyuruhnya untuk tinggal bersama oma dan opanya di sana. Bertahun-tahun lamanya mereka tak saling bertemu. Rasa rindu selalu menyelimuti hari-hari mereka.

Sang ayah, Pieter van Devries bersama dua jongosnya sengaja menjemput Diederick di Batavia dan langsung mengajaknya ke Buitenzorg. Banyak hal yang harus mereka ceritakan, terlebih lagi tentang pasangan hidup Diederick. Diederick yang tak mementingkan tentang pasangan hidup sangat bingung untuk menjawab semua pertanyaan dari sang ayah tercinta. Menurutnya, ia harus meneruskan perkebunan kopi milik keluarga terlebih dahulu ketimbang urusan hati. Sampai saat ini, ia belum mendapatkan pasangan hidup yang serasi dengannya. Sudah banyak gadis Belanda yang ia dekati, namun dari banyaknya gadis tak ada satupun yang mampu membuka gembok cinta di hati Diederick.

Terlalu lama tinggal di Belanda membuat Diederick tak bisa lagi menggunakan bahasa Melayu. Ia sangat kesulitan jika ingin berbicara dengan para pekerja yang bekerja di rumah orang tuanya. Perlahan orang tua Diederick mengajarkan bahasa Melayu kepada Diederick. Namun mereka juga disibukan oleh perkebunan kopi mereka sehingga waktu untuk mengajari Diederick bahasa Melayu pun menjadi sangat singkat. Hingga akhirnya ibu Diederick, Rieneke van Devries, mengenalkan putranya kepada seorang lelaki muda bernama Theodorus Koenraad. Anak satu-satunya dari keluarga Koenraad, pemilik perkebunan teh yang mengelilingi pabrik teh milik keluarga Vandenberg. Dari perkenalan itulah mereka menjadi sepasang sahabat dan Theo yang mengajari Diederick bahasa Melayu. Dalam waktu tiga bulan, Diederick mampu berbahasa Melayu berkat Theo dan juga bantuan Saartje, calon istri Theo.

"Diederick, minggu depan kami akan menikah. Aku harap kau datang ke acara pernikahanku nanti," ucap Theo kepada Diederick.

"Apa? Kalian akan menikah? Apa saya tidak salah dengar?" tanya Diederick tak percaya.

"Ja, Diederick, kau tak salah dengar," balas Saartje sembari berpandangan dengan calon suaminya, Theodorus.

"Andai saja saya juga bisa segera menikah seperti kalian, pasti orang tua saya akan senang mendengarnya," ucap Diederick sedih.

"Natuurlijk kan dat, Diederick. Banyak gadis Netherlands di kota ini dan kau bisa memilih salah satu di antara mereka. Jika kau mau, aku dan Saartje akan mencarikan gadis Netherlands untukmu," usul Theo.

"Saya hanya ingin gadis yang sederhana, tak usah terlalu cantik yang penting hatinya baik dan dia tak buta dengan harta," pinta Diederick.

"Aku rasa kau harus mencari gadis pilihanmu ke berbagai kota di negeri ini, Diederick. Di daerah sini, tak ada gadis Netherlands seperti yang kau inginkan itu. Tapi jika kau mencari inlander, aku punya sahabat yang sifatnya sama seperti apa yang kau inginkan," ujar Saartje mengusulkan.

"Inlander? Ah, saya tidak tertarik," balas Diederick.

"Kau belum melihatnya, dia berbeda dari inlander lainnya di daerah ini. Menurutku, dia seperti gadis campuran antara inlander dengan orang Netherlands," jelas Saartje.

"Baiklah, saya akan melihatnya. Kapan saya bisa bertemu dengan gadis yang kau ceritakan itu?" tanya Diederick penasaran.

"Sayangnya gadis itu tak mau jika dipaksa bertemu dengan lelaki asing sepertimu. Jika kau memang ingin bertemu dengannya, datanglah ke acara pernikahan kami. Aku yakin, sahabatku itu akan ada di sana."

"Akan saya tunggu hari itu."

Saartje pun tersenyum senang ke arah Theodorus. Theo yang memang tak tahu apa-apa pun hanya diam dalam kebingungannya. Ia tak tahu jika Saartje akan mempertemukan Diederick dengan sahabat Saartje, Kathriena Widjaja. Ia merasa jika anak dari pemilik perkebunan kopi itu akan sangat cocok dengan Kathriena. Menyatukan kedua sahabatnya adalah salah satu hal yang paling membahagiakan untuk Saartje.

***

Seorang lelaki tampan terus menarik nafas lalu membuangnya lagi secara perlahan, ia sangat gugup saat ini. Gadis yang berada di hadapannya pun juga terlihat sama gugupnya. Namun dengan perlahan, ia memberanikan diri untuk mengambil sebuah benda kecil berbentuk bulat lalu memasangkan benda tersebut ke jari manis gadis di hadapannya. Kini giliran si gadis memasangkan benda yang sama ke jari manis lelaki tampan itu. Akhirnya, cincin pernikahan itu sudah terpasang di jari kedua pasangan ini. Perlahan lelaki itu mencium mesra bibir gadis yang kini sudah resmi jadi istrinya. Semua orang yang melihat hal itu mulai menangis terharu. Mereka sangat bahagia melihat kebahagiaan yang terpampang nyata di depan mata.

Hari ini adalah hari di mana Saartje Vandenberg sudah resmi menjadi istri dari lelaki tampan bernama Theodorus Koenraad. Saartje tak henti-hentinya tersenyum, kebahagiaan yang ia rasakan bagaikan sebuah mimpi. Hari paling membahagiakan ini akan menjadi hari bersejarah bagi Saartje. Ini adalah pernikahan pertamanya, pernikahan yang akan mengantarkannya menuju tingkat kedewasaan yang lebih tinggi. Tak hanya Saartje yang merasa bahagia, keluarga Vandenberg dan keluarga Koenraad juga ikut merasakan kebahagiaan anak-anak mereka.

Setelah pernikahan yang mereka laksanakan di gereja selesai, mereka pun memutuskan untuk melanjutkan acara pesta pernikahan di rumah keluarga Vandenberg. Semua tamu pun diarahkan untuk segera pergi menuju rumah keluarga Vandenberg yang tak jauh dari gereja tempat Saartje dan Theo menikah. Tamu yang datang ke rumah keluarga Vandenberg begitu banyak. Pasangan Vandenberg mengundang banyak sekali tamu dari keluarga kaya raya, entah dari kalangan orang-orang Belanda maupun pribumi. Begitupun dengan keluarga Koenraad yang juga mengundang banyak tamu dari keluarga kaya raya yang berasal dari berbagai kota besar seperti Batavia dan Bandoeng.

Sementara itu di balik kesibukan hari pernikahan Saartje dan Theo, Diederick terlihat begitu kesal karena sedari tadi pagi hingga siang ia tak bisa berbicara dengan Theo maupun Saartje. Padahal ia sangat ingin tahu tentang gadis yang pernah diceritakan Saartje kepadanya. Hatinya sudah tidak sabar menunggu, ingin melihat bagaimana rupa gadis itu. Diederick membayangkan gadis yang cantik, kepribadian yang bagus, sopan dan tidak buta harta. Ia ingin memiliki calon pendamping seperti itu, namun kebanyakan bangsa Netherlands di negeri ini tidak memiliki kriteria yang Diederick inginkan. Ia sangat berharap gadis yang diceritakan Saartje akan sama seperti apa yang ia bayangkan.

Diederick mendengkus kesal, acara pernikahan kedua sahabatnya terasa berjalan lambat. Bisa saja ia mendatangi mereka berdua untuk menanyakan tentang gadis yang akan dipertemukannya, namun ia merasa tak enak untuk mengganggu kedua sahabatnya itu. Hingga sore hari tiba pun kesibukan Saartje dan Theo tak pernah usai. Diederick terpaksa menunggu mereka hingga acara pernikahan selesai.

Bersambung...

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.