Tampaknya Pak Ario sedang melakukan sesuatu yang bisa mengancam posisi dari Vivi di perusahaan.
Dia bergegas kembali ke kamar hotelnya dan mengerjakan kompilasi dari proyek kerja sama tersebut sehingga ketika Sekar dan Iwan datang bertemu dengannya bisa mendapatkan semua laporan yang sudah di kumpulkan oleh Vivi.
Di Jogjakarta, Ario dan Bella membawa koper ke kamar bos mereka yang berada di area taman dengan pemandangan gunung merapi.
Laras dan Abi baru saja memesan makan siang di kamar mereka untuk mereka berempat. Terdengar suara bel di dalam kamar mereka.
Laras segera membuka kamar hotel mereka dan mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam kamar.
"Silakan masuk yang dipertuan ratu Bella ke dalam kamar kami yang sangat sederhana ini," Laras membukakan pintu ke dalam kamar mereka sambil membungkukan badan.
"ini koper kalian ya bu bos," kata Bella dengan sedikit menggoda sahabatnya. Tampaknya mereka memang sedang menikmati bulan madu kilat mereka.
"Terima kasih pembantuku yang baik. Lu udah makan belom?" tanyaku sambil mengandeng lengan sahabatku.
"belom lah. Seharusnya dirimu yang punya hajat kenapa gue yang sibuk yah. Perasaan dulu waktu gue nikah ga serepot ini deh. Akad nikah terus lanjut malam pertama dan selesai," komentar dari Bella tentang pernikahaanku.
"entah lah. Pusing pala barbie dech. Aku agak menyesal sebenarnya menikah seperti ini karena terlalu banyak tetek bengek," jawabku dengan cepat karena memang seperti itu kenyataannya.
"sudahlah. Para lelaki mah kaga ngarti yaks penderitaan kita kaum hawa," seloroh dari sahabatku sambil menenangkan ku.
"Pak Abi, ada sedikit masalah dengan proyek kita di singapura. Aku sudah mengirimkan sekar dan Iwan untuk mengambil alih semuanya dari Vivi. Tampaknya dia tidak hadir di acara pertemuan dengan mr Wang," laporan Ario kepada Abi.
"Baiklah. Ingat kita tidak bisa lengah untuk semua kerjasama kita dengna Shin Corporation di Singapura. Vivi yang mana ya?" Abi menenggok kepada Ario sambil meminum kopi hitamnya di atas meja.
"Vivi yang dahulu di pilih oleh Vina karena kasian lalu kau menaruhnya di bagian proyek departemen sampai sekarang. Kau sudah lupa tentang hal tersebut bukan," jawab Ario kepada bos yang juga adalah sahabatnya. Tampaknya Abi sudah benar-benar menghapus semua kenangan tentang Vina.
"Oh!" komentar Abi sambil menikmati kopinya sambil menunjukkan muka tidak peduli.
"Siapa itu Vina dan Vivi, mas?" tanyaku kepada suamiku yang sedang sibuk membaca laporan di laptopnya.
"Entah. Salah satu karyawan yang melarikan diri dari tanggung jawab," jawab Abi dingin dan tidak peduli tentang identitas dari Vina. Dia tidak mau ambil pusing mengenai Vina yang selalu membuat kekacauan di dalam hidupnya.
Di dalam pikiran Abi saat ini yang terpenting adalah kerjasamanya dengan perusahaan Internasional sekaliber Shin Korporasi.
Ario memberikan sinyal kepada Bella untuk menghentikan pertanyaan dariku tentang identitas ke dua wanita yang disebut oleh Ario.
Akupun terdiam mendengar jawaban singkat dari Abi dan melanjutkan makan siangku sebelum tim Wedding organiser datang dan membawa tim photographer beserta salon untuk memberikan riasan dan baju adat jawa kepada aku dan Mas Abi.
Konsep dari photo prewed kami adalah foto jaman dulu di kota-kota sekeliling Jogjakarta dikarenakan kedua status kami yang berdarah biru.
Pegawai salon yang memoles wajahku semalam datang beserta tim nya dan mulai mempersiapkan semua peralatannya di area ruang tamu.
Aku bergegas menganti pakaianku dengan tank top dan celana pendek untuk memudahkanku memakai kain dan pakaian adat jawa.
Ario dan Abi tetap duduk di ruang makan untuk bekerja dan membereskan beberapa urusan mendadak di kantor.
Bella duduk di sofa dan menyalakan television untuk melihat berita artis terbaru sambil melihatku di ubah menjadi seorang putri keraton.
Badanku tidak setinggi model tetapi aku memiliki tubuh sintal dan proposional menurutku. Tetapi akan kalah jauh dibandingkan dengan tubuh bella yang cukup proposional bak model internasional.
Aku yang merasa agak mengantuk memejamkan kedua mataku sambil mereka memoles mukaku untuk pemotretan.
Rambutku disanggul lengkap dengan ronce bunga melati dan mawar dan beberapa perhiasan emas. Sanggul itu terlihat besar tetapi memancarkan aura seorang putri keraton.
Abi mengintipku dari kejauhan dan tersenyum puas melihat perubahanku dari seorang gadis di jaman modern menjadi seorang putri keraton.
Laras berganti memakai kebaya kutu khas sorang putri keraton dengan beberapa payet yang membuat kebayaku terlihat mewah. Kain batik tulis yang kugunakan juga ternyata sepasang dengan kain yang akan digunakan oleh Abi.
Ketika aku sudah selesai dengan make up ku maka Abi berjalan menuju ke meja rias untuk mendapatkan giliran untuk dipoles.
Dia sudah memakai kaos polo oblong berwarna putih dan celana pendek selutut. Aku tidak sadar bahwa Abi sudah berganti pakaian supaya dia lebih leluasa untuk memakai pakaian adat tersebut.
Aku yang duduk di sofa bersama Bella tersenyum melihat wajah ganteng suamiku yang dingin dan tanpa ekpresi.
Setelah sedikit make up di mukanya dan penata rambut mengubah gaya rambutnya. Dia terlihat seperti pangeran jawa tulen.
"Ras, jangan ngiler. Itu suamimu koq," goda Bella yang sibuk memasukkan snack kesukaannya.
"Ah, lu itu. Tonton acara gosipmu," jawabku dengan kesal. Aku masih terus terpesona dengan kegantengan dari suamiku dan hal tersebut bukan hal yang baru lagi.