Kasih sayang melewati antara dua makhluk yang sangat berbeda, satu abadi, satu rapuh. Namun keduanya mampu memiliki kedalaman emosi yang sama. "Maaf aku tidak bisa berada di sana untuk melihat Tailer tumbuh dan berubah."
Suara terhalang datang dari pria manusia itu. Tuhan Yang Mahakuasa, wanita cantik yang dinikahinya belum berumur sehari dan di sanalah dia dengan kerutan di lipatan di seluruh wajahnya. "Dia membuat dirinya sendiri. Dia membuat pilihannya sendiri dan aku sangat bangga padanya."
"Aku memeriksamu dari waktu ke waktu, tapi aku tidak bisa mengungkapkan diriku. Aku meminjam waktu sejak hari kami bertemu. " Bibirnya bergetar. "Kamu benar. Aku dibawa tengah malam. Hanya saja tidak seperti yang Kamu pikirkan. "
Dia merentangkan tangannya ke samping, menjatuhkannya. "Kembali."