"Tentu saja kamu membutuhkan waktu yang cukup lama."
Bahu Andry terkuras karena ketegangan, napasnya terengah-engah. "Dia pantas mendapatkan pria terbaik yang aku bisa. Butuh beberapa saat untuk menemukannya."
"Dan kau sudah menemukannya sekarang?"
"Ya." Andry membungkuk dan mencium kening Jiya. "Aku akan selalu menjadi yang terbaik saat aku bersamanya." Dia mengeluarkan kotak cincin dari sakunya, berlutut dengan satu lutut, dan kaki Jiya berubah menjadi jeli saat melihat Andry yang mempesona, begitu bertekad dan penuh dengan pemujaan. Dia menjejalkan jari-jarinya ke bibirnya untuk menahan tangis agar tidak keluar. "Jiya Dalal. Kamu memegang jiwa ku di tangan mu. Menikahlah denganku. Masak sarapan denganku setiap pagi. Biarkan aku memelukmu dan membuatmu aman. Selamanya, sayang. Buat aku tetap membumi sementara aku melihat mu terbang. "
Isak tangis lolos darinya. "Ya."