"Sialan, Jamie, kau membuat penisku sakit sekali. Itu menyakitkan sepanjang waktu dan persetan, oh sial itu sangat bagus. Jangan berhenti, sayang. Ya. Disana. Disana." Dia memompa pinggulnya dalam tempo yang semakin cepat, mengerang di langit-langit ketika Jamie mengakomodasi setiap inci tubuhnya. "Aku ingin bercinta dengan mulut sialan itu sejak aku melihatmu tiga musim panas lalu dan kau tahu itu. Kamu membuatku terobsesi. Kau membuatku gila."
Pikirannya diliputi kekhawatiran ketika dia mendengar gema dari kata-katanya sendiri. Apakah dia mengatakan terlalu banyak? Tapi Jamie hanya menarik lebih keras pada kemaluannya, menyentak celana jeans Marcus ke lututnya dan meraih sekitar untuk mencengkeram pipi pantat telanjangnya. Sampai tangan Jamie menandai wilayah mereka dengan tekanan kasar di bagian belakang, Marcus tidak menyadari betapa dia sangat membutuhkan Jamie untuk menyentuhnya di sana.
"Tolong," bisik Marcus.
