Chereads / Candu cinta / Chapter 30 - Merenung

Chapter 30 - Merenung

Putri terlihat merenung memikirkan sebenarnya mengapa teman-temannya menjadikan dia bahan perbincangan, padahal Putri tidak tau apa yang ia perbuat sehingga teman-temannya menjadikan dia bahan perbincangan, tetapi memang Putri berteman terlihat tidak tulus karena memang Putri berteman sama seseorang dia hanya melihat Kekayaan dan juga sifat-sifat tenar yang dimiliki oleh temannya itu, berbeda dengan Citra, Rina dan Rani mereka berteman sangat tulus dan tidak pernah membicarakan satu sama lain.

Putri sangat kesal terlihat dari wajahnya dan dahinya mengkerut seakan dirinya sangat kecewa kepada teman-temannya yang telah memperbincangkan dia di luaran sana.

"Sudahlah Put untuk apa kamu selalu memikirkan mereka biarkan saja mereka membicarakan kamu kalau memang kamu merasa tidak bersalah kenapa kamu harus memikirkan mereka sampai segitunya, kan masih ada Allah kamu bisa curhat kepada Allah dan kamu kan masih punya teman-teman seperti Rina, Rani dan aku, kamu jangan khawatir kita bakalan selalu ada untuk kamu kok," ujar Citra dengan tersenyum.

"Aku sudah pusing mungkin ini karma aku karena aku memilih milih teman ketika berteman dan aku juga selalu merendahkan orang lain begitu pula yang aku lakukan kepadamu, iya kan Citra," ujar Putri.

"Sudahlah kenapa sih kamu selalu mengungkit masalah itu aku pun sudah tidak ingat tentang hal itu jadi kamu tenang saja ya kalau memang kamu merasa seperti itu, ya sudah aku juga tidak mengapa kok," ujar Citra.

"Terima kasih banyak ya Citra aku tidak tau harus membicarakan ini kepada siapa apalagi sekarang aku menyimpan perasaan untuk Seorang lelaki dan itu alasan aku kenapa aku datang ke sini menemuimu," ucap Putri.

"Memangnya siapa sih pemuda yang kamu maksud itu dari tadi loh aku penasaran dan menunggu kamu berbicara," ujar Citra.

Putri telah lama memendam perasaannya itu kepada seorang lelaki dan dia belum siap untuk menceritakan perasaan itu kepada siapapun karena Putri tidak mempercayai lagi teman-temannya setelah Putri melihat dan mendengar ketika teman-temannya membicarakan dia dibelakang dia.

"Jadi aku tuh suka dengan Yusuf," ucap Putri.

Sontak Citra pun terdiam dan memandang kearah Putri dengan pandangan kosong, Putri mengeluarkan semua apa yang dirasakan oleh dirinya dan dia sudah memberitahu siapa pemuda yang disukainya itu kepada Citra.

"Kamu serius suka sama Yusuf?? emangnya kalau boleh tau sejak kapan kamu suka sama Yusuf dan atas dasar apa? karena selama ini aku tidak pernah melihat tanda-tanda kamu menyukai Yusuf," ucap Citra dengan gugup.

Citra merasakan hal yang sangat berbeda yang tidak pernah dia rasakan mengapa jantungnya berdebar sangat keras ketika Putri menyebut nama Yusuf, ketika itu pikiran Citra tidak konsen lagi ketika Putri menyebut Yusuf yang dia sukai selama ini.

"Ya Allah ... ada apa ini kenapa Putri menyebut nama Yusuf dan hatiku sangat berdebar, jantungku berdetak sangat cepat dan aku menjadi gugup berbicara dengan Putri, apakah benar putri menyukai Yusuf," batin Citra.

Pada saat itu Putri mencerahkan semua yang ada di hatinya kepada Citra, Citra pun mendengarkan semua apa yang dirasakan oleh putri dan Citra selalu berkata lembut kepada putri, untuk selalu bersabar dan memberikan masukan agar Putri memberanikan diri untuk mengungkapkannya kepada Yusuf.

"Aku tidak tau kenapa sampai aku menyukai dirinya mungkin karena sikapnya yang lembut kepada wanita dan tidak pernah kasar sama wanita, itu membuat aku menyukai dirinya dan itu sudah cukup lama Citra aku memendamnya sudah cukup lama dan itupun aku membongkar perasaanku ini hanya kepada kamu, karena aku percaya kamu bakalan jaga rahasia aku sampai nanti akhirnya aku bisa mengungkapkan perasaanku ini kepada Yusuf," ujar Putri.

Citra pun terdiam ketika Putri membicarakan tentang Yusuf kepada dirinya, Putri tidak mengetahui jikalau Citra juga suka kepada Yusuf dan dia sangat merasa tersakiti ketika Putri berbicara tentang Yusuf dihadapannya.

"Aku juga manusia biasa Putri dan aku tidak mungkin menyebar rahasiamu ini apalagi tentang perasaanmu, semoga nantinya diberikan jalan yang lebih baik lagi dan kamu bisa mengambil keputusan agar kamu bisa mengungkapkan semuanya kepada Yusuf ya," ujar Citra.

Citra berbicara kepada putri dengan nada yang sangat lemah karena dirinya memendam juga perasaan untuk Yusuf tapi ternyata temannya sendiri menyukai Yusuf.

"Ya Allah aku tidak tau kenapa aku mempunyai rasa yang sama dengan Putri, Yusuf selalu ada waktu untuk aku ketika aku sedang sakit di Puskesmas dan dia selalu menjagaku memberi perhatian dan sekarang aku harus mendengar bahwa temanku sendiri menyukai dirinya," batin Citra.

Citra berusaha tegar di hadapan Putri walaupun hatinya sangat sakit ketika mendengarkan perkataan Putri.

"Kok kamu hanya diam gitu sih Citra kamu dengar nggak sih apa yang aku ceritakan tentang perasaanku ini? benar-benar aku sangat menyukai dirinya dan aku tidak bisa memendam lebih lama lagi, tapi aku tidak mempunyai waktu untuk berbicara dengan dirinya," ujar Putri.

"Astaghfirullahaladzim, maaf ya kalau aku melamun sedikit, aku mendengarkan kamu kok dan aku selalu memberikan saran untuk kamu kalau memang kamu menyukai dirinya dan lebih baik kamu kontak langsung dia kalau memang Putri tidak bisa berbicara langsung kepada Yusuf, bisa lewat telepon ataupun secara langsung tapi kalau memang Putri siap untuk ketemu dengan silakan bikin janji dulu tapi bertemunya jangan berdua, bisa kok ngajak teman itu supaya kalau Putri malu atau belum siap mengatakan sesuatu bisa berbicara dengan teman kamu gitu, aku ada kok kontaknya Yusuf," ucap Citra.

"Beneran kamu punya kontaknya Yusuf aku boleh enggak minta nanti aku hubungi dia tapi kayaknya aku tidak bisa deh membicarakan ini lewat telepon, kayaknya aku harus bertemu dengan dia aku boleh minta tolong enggak kalau kamu yang menemani aku untuk ketemu dengannya," ujar Putri.

"Ya Allah ini anak kenapa lagi kenapa harus aku coba yang ikut sama dia ketika dia menyatakan perasaan kepada Yusuf," batin Citra.

"Iya nanti dicoba dilihat ya karena aku enggak tau kan kalau aku sibuk atau tidaknya semoga aku sih tidak sibuk ya jadi aku bisa mengantarkan kamu bertemu dengan Yusuf dan membicarakan semua perasaan kamu kepada dia," ucap Citra.

"Ya ampun kamu baik banget deh, makasih ya kamu sudah support aku dan aku juga tidak tau kalau sampai tidak ada yang menyuport aku dan pasti ini selalu bingung dan aku tidak tau mau bicara dengan siapa lagi, karena aku hanya mempunyai kamu Citra dan teman-temanku yang lain, tolong jangan bicarakan aku di belakang ya," ucap Putri.

"Kamu yang sabar ya karena teman itu tidak selamanya baik dan kadang kita kecewa dengan teman sendiri itu tidak menutup kemungkinan karena memang kadang lidah itu kan selalu disalahgunakan, harusnya berbicara tentang yang baik tapi mereka malah membicarakan orang lain menggunakan lidah mereka, kamu sekarang tidak boleh menyimpan dendam kepada mereka karena bagaimanapun mereka adalah teman kamu, jadi ya mungkin kamu harus lebih bersabar lagi," ujar Citra.

Putri sama sekali tidak tau perasaan Citra karena memang Putri tidak mengetahui bahwa Citra juga mempunyai rasa yang sama dengan dirinya kepada Yusuf, Citra hanya terdiam ketika mendengarkan semua perkataan dari Putri.

"Mungkin aku bisa menemanimu bertemu dengan Yusuf tapi aku tidak bisa menahan perasaan sakit ketika kamu sudah mengungkapkan perasaanmu kepada Yusuf," batin Citra.

"Nanti nomornya Yusuf kirim ke aku ya, nanti aku segera menghubungi dan mengajak dia ketemu dan jangan lupa kamu juga mengantar aku karena aku tidak mungkin bisa bicara dengan dia sendirian aku tunggu ya, ya sudah kalau begitu aku mau pulang dulu ya, terima kasih banyak kamu sudah mendengarkan keluh kesahku dan juga perasaanku, ujar Putri.

"Kenapa sih harus terimakasih karena kamu juga teman aku wajarlah kalau aku pun menerima semua curhatan dari kamu hehe," ujar Citra.

"Ya sudah kalau begitu Citra aku pulang dulu ya, Assalamualaikum," ucap putri.

"Waalaikumsalam hati-hati di jalan Putri nanti aku WhatsApp kamu," ucap Citra.

Putri pun bergegas untuk pulang ke rumahnya sedangkan Citra tetap duduk di ruang tamunya rumahnya.

Bersambung