Tangan Edward gemetaran memegang gagang pintu. Perlahan, tangannya bergerak turun. Pintu akhirnya terbuka. Pemandangan yang Edward lihat sangat menyayat hatinya. Desiran panas darahnya seakan bergejolak.
Chiraaz, wanita yang belum lama ia nikahi. Wanita yang sangat ia cintai. Kini sedang terbaring di ruangan khusus. Infus yang tersambung pada tangannya, alat-alat yang tidak Edward pahami namanya menempel di dada Chiraaz. Belum lagi, selang-selang yang lain.
Hiks ... Hiks ... Hiks ...
Edward tidak sanggup melihat Chiraaz lebih dekat. Ia menangis seperti anak kecil yang miliknya direbut oleh orang lain.
"Bagaimana aku harus menatapmu, Chiraaz? Bagaimana aku harus bicara? Apa kau bisa mendengarkan suarau meski sedikit saja?" gumam Edward.
Tap ... Tap ... Tap ...
Langkah kaki Edward pelan, tapi tetap terdengar menggema. Suara alat yang mendeteksi detak jantung, membuat sekujur tubuh Edward merinding.