254
"Mau sampai kapan kamu berantem sama Chiraaz. Udah nggak lucu Fayaaz," ujar Edward.
"Aku nggak pernah merasa berantem," jawab Fayaaz.
"Ngomongnya seperti itu, tapi nyatanya kamu tidak menegur Chiraaz sudah berapa hari. Ayolah kalian bukan anak kecil lagi."
"Aku cuma sedang lelah Edward. Sudahlah, nanti juga kami baikan," elak Fayaaz.
"What your problem? Apa kamu merindukan seseorang? Linzy? Anak buahnya Aletha di Jepang?" tanya Edward mencecar Fayaaz.
Fayaaz melirik pada Edward, pria itu menatapnya lurus. Fayaaz menghela napas panjang, lalu menganggukkan kepalanya.
"I see, jadi mau kamu apa?" tanya Edward.
"Aku mau menemui Linzy. Aku ingin hidup di sana lagi, Ed."
"Kamu ingin meninggalkan kami?" tanya Edward.
"Tidak juga, tapi--." Fayaaz tidak bisa melanjutkan ucapannya.
"Ya sudah, jangan kamu jawab sekarang. Pikirkan baik-baik Fay. Kamu di sana memang bisa hidup sendiri. Tapi percayalah, kamu akan merasa kehilangan keluargamu yaitu Chiraaz." Edward tersenyum lebar.