179
Eljovan tersadar dari pingsannya dan sudah berada di rumah sakit. Perlahan ia membuka mata, berkedip sedikit saja ia merasakan seluruh wajahnya sakit. Eljovan hanya bisa mengaduh kesakitan.
"Sakit ya? Jangan banyak gerak dulu. Nanti saja kalau sudah enakan." Suara yang tak asing baginya terdengar di sebelah kanan ranjang.
"Liemey, kamu," ucap Eljovan perlahan menoleh ke arah Liemey.
"Jangan gerak! Nanti leher kamu patah. Bandel sekali sih." Liemey mengomeli Eljovan.
"Kenapa kamu di sini."
"Karena Liemey yang menolong kamu, El." Nyonya Merry datang menghampiri, wanita itu baru saja masuk ke dalam ruangan.
"Mama."
"Sudah, jangan banyak bicara dulu. Istirahat saja El, nanti saja kamu ceritanya," sanggah Nyonya Merry.
Eljovan mengangguk paham, lalu memejamkan matanya. Nyonya Merry duduk di samping ranjang seraya mengelus-elus tangan Eljovan. Hatinya sedih melihat kondisi anaknya yang terluka parah.
"Tante, sabar ya," kata Liemey seraya memegang bahu Nyonya Merry.
