93
"Tidak apa-apa, suatu hari nanti. Bahagia akan menjemputmu," ucap Fayaaz memberikan semangat.
"Thanks untuk suportnya," ucap Aletha.
"Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu," pamit Fayaaz.
"Oke, sampai ketemu lain waktu."
"Bolehkah berkunjung lagi?" tanya Fayaaz.
"Of course, kenapa tidak," kata Aletha seraya mengangkat bahunya.
"Baiklah, nanti saya kabari lewat asisten kamu." Fayaaz mengedipkan sebelah matanya, lalu keluar dari ruangan.
Aletha tersenyum tipis melihat tingkah Fayaaz. Ia kembali duduk di kursinya, sambil membereskan bekas makanan. Sikap Fayaaz yang ramah, tidak membuatnya mudah luluh. Aletha masih belum percaya pada Fayaaz, karena mengingat pria itu sahabat musuhnya.
Tidak lama kemudian, Anne masuk ke dalam ruangan, wajah gadis itu terlihat ditekuk. Anne duduk di bangku depan Aletha, lalu berpangku tangan menatap Aletha cukup lama. Aletha yang kebingungan hanya mengernyitkan dahinya.