***
Anda
Oy Monyet! Anterin baju gue dong di apartemen milik fans gue sekarang!
Arga Monyet
Ck! Ngeselin banget sih lo Bos. Cepetan nikah sono! Nyusahin gue mulu lo herman deh.
Anda
Herman-herman! Heran Monyet! Lo bisa nulis nggak sih, apa lo dulu cuma sekolah paud langsung lulus? Cepetan kirimin baju buat gue.
Arga Monyet
Ogah! Gue lagi di fase mager ngapa-ngapain ini.
Anda
Oh mager iya?
Arga Monyet
Iya gue mager banget nih bos!
Anda
Oke kalau lo mager, GAJI LO GUE POTONG 50% YA MONYET!
Arga Monyet
Eh busyett! Jangan lah Bos mau makan apa nanti anak bini gue kalau gaji gue lo potong. Okelah gue otw apartemen lo. Share lok aja,
Anda
Nah gini dong Monyet! Kalau kerja nggak boleh setengah-setengah. Emang lo mau gaji lo di patok anak ayam?
Arga Monyet
Hmmmmmmmmm!!!!!!!!!!!
Begitulah kira-kira isi chatan dari Bastian dengan Arga sang manager. Sepertinya Bastian harus banyak-banyak stok sabar deh menghadapi sikap ngeselin dari managernya ini.
Setelah mengirimkan pesan ke Arga, Bastian kini mulai bingung mau melakukan apa. Soalnya dia saat ini tengah berada di apartemen milik orang lain.
Andaikan dia tadi tidak ke restoran, dan tidak di kejar-kejar para wartawan. Mungkin saat ini dia sudah berada di dalam apartemennya dengan memasak atau ngegym.
Emang rasa penyesalan itu datangnya belakang ya genks?
Dan inilah yang Bastian rasakan, bingung sendiri dia itu. Mau melakukan ini takut salah dan di omelin oleh tuan rumah alias Achila.
Sedangkan Achila wanita yang umurnya yang sudah tujuh belas tahun itu. Sedang sibuk berada di sebuah kamar tamu, dirinya kini sedang membersihkan kamar itu untuk di tempati oleh idolanya, Bastian.
Mulai dari membersihkan ranjang, lemari dan juga kamar mandi. Saat ini dia sedang menyapu kamar itu,
"Hatchimm!"
"Hatchimm!"
"Hatchimm!"
Bastian yang mendengar suara bersin dari Achila pun mulai berlari menghampiri gadis itu, gadis bernama Achila yang sedang mengusap-usap hidungnya karena bersin tadi tekejut dengan kedatangan Bastian.
"Achi kamu kenapa? Kok bersin-bersin?" tanya Bastian dengan khawatir.
"O-oh aku nggak papa kok Mas. Ini tadi aku bersin gara-gara banyaknya debu di kamar ini. Maklum nggak ada yang pake kamar ini jadi kotor banget," jawab Achila dengan nada cengirannya.
"Astaga! Yaudah sini Mas bantu biar cepet selesai," ujar Bastian yang ingin membantu Achila.
"E-eh nggak usah Mas! Aku bisa sendiri kok. Mas Tian duduk aja," tolak Achila dengan halus.
Lagian kan Achila juga tak enak dengan Bastian. Kan disini Bastian itu menjadi tamu dia, masa mau ikutan bersih-bersih kamar tamu.
"Nggak mau! Aku bosen Achi duduk terus daripada aku nggak ngapa-ngapain? Mending aku bantu kamu bersih-bersih, itung-itung olah raga kecil gitu,"
Bastian mencoba merayu Achila, seumur-umur dia tak pernah melakukan aksi merayu seperti ini. Bastian ini adalah tipe orang yang melakukan hal sendiri, jika tidak bisa barulah dia meminta bantuan kepada orang.
Contohnya, Arga manager kampret dia.
Melihat raut wajah sang idola yang memelas, membuat diri Achila bimbang mau mengizinkan atau tidak ya.
Kalau nggak diizinkan nanti Mas Tian ngambek marah sama dia?
Ntar kalau Mas Tian nggak mau omong-omongan sama dia lagi gimana?
Apa dia izinkan aja ya?
Lumayan juga ada yang bantu bersih-bersih, lagian dia juga nggak bisa nanti kalau bersihin lemari yang tinggi itu.
Maklum orang pendek!
"Huft yaudah aku izinin,"
Bastian yang mendengar Achila mengizinkan dia membantu bersih-bersih senang bukan main. Sangking senangnya pemuda itu sampai melompat-lompat seperti anak-anak habis di belikan permen.
"Yes! Wohooo," teriak Bastian kegirangan.
"Mas Tian jangan teriak-teriak! Nanti kalau rumahnya roboh gimana?" nada suara Achila terlihat kesal.
Seketika Bastian menyudahi aksi dia yang loncat-loncat.
"Hehe maaf Achila," cengir Bastian sembari menampilkan dua jarinya pertanda meminta maaf.
"Hm. Yaudah ayo kita bersih-bersih sekarang keburu sore," perintah Achila.
"Siap Komandan!" jawab Bastian seraya menirukan orang yang sedang hormat***
Di sisi lain, disebuah apartemen mewah terdapat seorang pemuda yang sedang sibuk bermain dengan bocah kecil.
"Ngeng-ngeng brum-brum," celoteh bocah kecil itu yang tengah sibuk bermain mobil-mobilan di genggaman tangan mungilnya.
"Iro! Papa mau pergi dulu. Iro di rumah dulu ya sama Mama," ujar pemuda beranak satu ini.
Bocah kecil yang di panggil Iro, alias XAIRO REGANTARA DANUARTA.
Putra dari pasangan ARGA DANUARTA dan juga sang istri AMILASARI DANUARTA.
Xairo atau Iro ini sudah berumur 5 tahun. Dan sekarang bocah kecil itu sedang marah karena ingin ikut pergi dengan sang Papa.
"Nggak mau! Iro mau ikut Papa," rengek bocah tampan itu.
"Hei anak ganteng Papa. Papa cuma sebentar kok keluarnya, Papa mau anterin bajunya uncle Tian. Nanti Uncle Tian lama loh nunggunya," jelas Arga kepada sang anak.
Sosok wanita yang umurnya berkisar 25 tahun itu, mulai berjalan mendekat kearah kedua pria tampan itu. Dia adalah, Amila ibu dari Xairo sekaligus istri dari Arga.
Amila yang baru saja dari dapur memasak makanan, mengerutan dahinya kala melihat wajah sang anak yang cemberut.
"Loh ini anak Mama kenapa wajahnya cemberut gini?" tanya Amila yang sudah berada di dekat Xairo dan Arga.
Xairo yang sedang memonyong-monyongkan bibirnya mendekat kearah sang Mama. Dan memeluk tubuh wanita cantik itu,
"Ma Iro pengen ikut Papa. Tapi nggak boleh sama Papa," adu Xairo.
Sedangkan Arga terkekeh melihat tingkah anaknya yang mengadu kepada istrinya. Bola mata Mila menatap sang suami.
"Emang Mas mau pergi kemana?Sampai Iro mau ikut?"
Arga yang di tanya sang istri mau kemana pun menjawab,
"Aku mau pergi ke apartemen Tian nganterin baju," jawab Arga.
"Emang Tian kemana? Kok pake dianterin baju segala?" bingung Mila.
"Jadi ceritanya gini-"
Arga mulai menceritakan awal mula Tian yang mengajak di ke restoran. Dan juga menceritakan Tian yang saat ini tengah sembunyi di apartemen fansnya karena tadi di kejar para wartawan.
"Ouh jadi gitu. Yaudah kamu pergi aja sekarang kasian Tian yang nunggu biar Iro aku yang urus,"
"Bener nih?"
"Iya udah cepetan sana!" perintah Mila.
Xairo yang melihat sang Papa yang akan segera pergi mulai menangis kencang, membuat Arga jadi merasa kasihan kepada sang anak.
"Apa Iro aku ajak aja ya Yang?" usul Arga.
Bola mata Mila langsung melotot saat mendengar ucapan sang suami. Enak saja anaknya mau di bawa kalau nanti mereka berdua bertemu wartawan gimana.
Hadeuh membanyangkan saja sudah membuat Mila jadi takut. Jika sang anak ikut bisa-bisa jadi bahan gosip para wartawan.
Tidak!
Mila tidak mau!
"Nggak! Nanti kalau Iro ikut malah jadi bahan gosip para wartawan gimana? Pokoknya nggak Iro di rumah aja sama aku," tolak Mila.
"Huaaaaaaa," tangis Iro.
"Papa mau ikut hiks," isak tangis Xairo.
Arga kini mulai memeluk tubuh mungil anaknya, dan menciumi seluruh wajah anaknya.
"Sayangnya Papa di rumah dulu ya, Papa nggak bisa bawa kamu pergi keluar. Nanti kalau kamu ikut keluar terus di hadang wartawan nanti bisa-bisa kamu di gigit loh sama para wartawan," ujar Arga menakut-nakuti sang anak.
Seketika raut wajah Xairo pun menjadi takut. Membuat pasangan suami istri itu menahan tawa saat melihat wajah lucu sang anak.
"Di gigit?" lirih Xairo.
"Iya di gigit. Iro mau di gigit para wartawan?"
"Nggak mau!"
"Nah kalau nggak mau. Iro di rumah dulu ya sama Mama,"
"Iya," jawab Xairo.
"Nah gitu dong. Yaudah Papa pamit pergi dulu ya kesayangan Papa," pamit Arga.
"Iya Papa. Papa hati-hati di jalan ya," jawab Mila dan Xairo.
Setelah aksi berpamitan kepada anak dan istri, Arga pun mulai keluar apartemen untuk segera pergi menuju apartemen Tian.
□□□
Lain hal dengan Achila dan Bastian yang saat ini sudah selesai membersihkan kamar. Keduanya kini sedang berada di dapur untuk memasak makan malam.
Karena ini sudah memasuki pukul tujuh malam. Saat ini Achila tengah berkutat dengan alat-alat dapur untuk membuat nasi goreng.
"Achi boleh Mas bantu?" tanya Bastian.
Pemuda itu kini sedang duduk di kursi menatap tubuh Achila, yang sedang sibuk dengan masakannya. Sudah persis seperti suami menunggu masakan sang istri.
Achila yang merasa di ajak berbicara oleh Bastian menolehkan arah pandangannya ke belakang,
"Nggak usah Mas! Ini bentar lagi sudah siap kok tinggal numis bumbu dan masukin nasi," jawab Achila dengan senyum manisnya.
"Yah! Padahal Mas mau bantu kamu masak," ujar Bastian dengan nada kecewa.
Achila pun hanya tersenyum manis.
Setelah kurang lebih lima menitan, Achila membuat nas goreng. Akhirnya nasi goreng pun sudah jadi.
"Taraaaa! Nasi goreng buatan Achila sudah siap dimakan," girang gadis manis itu saat merasa masakan dia sudah matang.
Bastian yang sendari tadi menunggu masakan dari Achila, langsung menolehkan arah pandangannya kearah dua buah piring nasi goreng yang berada di meja makan.
Di lihat dari tampilannya kelihatan enak, gatau kalau rasa.
Semoga saja rasanya tidak mengecewakan.
"Woah baunya harum banget. Mas jadi nggak sabar buat makannya deh,"
"Hehe semoga rasanya pas ya di lidah Mas Tian. Maaf juga kalau nanti rasanya nggak sesuai exspetasi Mas Tian," tukas Achila.
"Aku yakin deh kalau masakan kamu rasanya nikmat," jawab Bastian.
"Mas Tian terlalu memuji aku, oh iya ayo buruan kita makan nanti keburu dingin," ucap Achila.
"Selamat makan Achila,"
"Selamat makan Mas Tian,"
Bastian pelan-pelan mulai mengaduk nasi goreng yang berada di piringnya, mengambil satu sendok nasi saat akan masuk ke dalam mulutnya nasi goreng itu.
TING!
TONG!
TING!
TONG!
Bel apartemen Achila pun berbunyi, membuat Achila dan Bastian mengurungkan niat mereka untuk mencicipi nasi goreng.
"Bentar Mas! Biar aku aja yang buka," Achila segera berdiri dari duduknya berjalan kearah pintu diikuti Bastian di belakangnya.
CKLEK!
Setelah pintu dibuka terdapat Arga dengan wajah polosnya menatap kearah Achila. Melihat mata managernya yang genit sepertinya Bastian harus berikan hukuman.
"Mata di jaga! Inget udah punya bini sama buntut," sindir Bastian.
Bastian yang tadi melamun mula sadar, mendengar sindiran dari sang bos.
"Tau aja lo bos mana sama yang bening-bening kaya gini," ceplos Arga.
PLAK!
"Aduh Bos! Kok muka gue lo tampol sih," gerutu Arga saat wajah tampannya di tampol Bastian.
"Heh Monyet! Sadar diri lo itu udah tuwir! Jangan godain daun muda," kesal Bastian.
"Wadohhh ada yang cembukur nih," ejek Arga.
Achila yang melihat salah satu tangan Bastian yang ingin menampol managernya mulai menghentikan aksi Bastian.
"Udah Mas jangan berantem,"
"Cie ada yang belain nih cie," goda Arga.
"Emang kenapa kalau gue di belain? Lo ngiri iya Nyet. Baju gue mana! Lama bener dah lo nganterinnya sampai jam segini," omel Bastian.
Arga yang tengah di omelin Bosnya hanya memutar bola mata malas.
"Macet Bos! Biasa Jakarta banyak macetnya,"
"Hm, oh iya nih lo kenalan dulu sama fans gue,"
Arga dengan semangat pun mulai mengajak kenalan Achila,
"Hai cantik! Kenalin nama abang Arga Danuarta. Kalau mau panggil sayang juga boleh," goda Arga.
"Inget Bini Monyet!"
"Iya Bos iya,"
Achila tersenyum membalas perkenalan dari Arga.
"Halo Mas Arga! Kenalin nama aku Achila bisa di panggil Achi,"
"Namanya cantik ya kaya orangnya," gombal Arga.
Bastian yang melihat Achila di goda oleh Arga. Hatinya tiba-tiba panas.
"Udah-udah kenalannya udah! Monyet sekarang lo pulang sana!" usir Bastian kepada Arga.
"Tapi Bos! Gue belum selesai yang kenalan sama Achi. Iya nggak Achi sayang," ucap Arga dengan mengedipkan mata kearah Achila.
Sedangkan Achila terlihat malu-malu dengan kehadiran Arga. Bastian semakin panas kala Arga yang masih gencar mengoda Achila.
Entah perasaan apa yang dia rasakan saat ini.
"BALIK NGGAK LO MONYET!"
"IYA BOS INI GUE MAU BALIK!"
***